tag:blogger.com,1999:blog-47790162392538727632024-02-08T10:57:04.181+08:00DUNIA BIOLOGI DAN KIMIA SMAALUMNI SMA N 1 AMLAPURAAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/13834090020597963346noreply@blogger.comBlogger6125tag:blogger.com,1999:blog-4779016239253872763.post-84452669233854577162017-10-15T19:30:00.000+08:002017-10-15T19:30:12.960+08:00TINJAUAN PUSTAKA KEJANG DEMAM<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">TINJAUAN PUSTAKA<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">a. Definisi<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kejang demam adalah bangkitan kejang yang
terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38°C) yang disebabkan oleh
suatu proses ekstrakranium dan bukan merupakan suatu gejala intrakranial.<sup>1</sup>
Terdapat beberapa penjelasan dari definisi tersebut sebagai berikut<sup>2,3</sup>
:<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 18.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo4; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kejang
demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan – 5 tahun.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 18.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo4; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Anak
yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak
termasuk dalam kejang demam.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 18.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo4; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kejang
disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam
kejang demam.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 18.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l3 level1 lfo4; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-weight: bold; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau
lebih dari 5 tahun mengalami kejang didahului demam, terdapat kemungkinan lain
misalnya infeksi susunan saraf pusat, atau epilepsi yang kebetulan terjadi
bersama demam.<sup> 3</sup><b><o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">b. Etiologi<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Etiologi kejang demam sampai saat ini
belum jelas diketahui, akan tetapi<b> </b>umur
anak, tinggi dan cepatnya suhu meningkat mempengaruhi terjadinya kejang. Faktor<b> </b>hereditas juga mempunyai peran penting
yakni 8-22% anak yang mengalami kejang demam<b> </b>mempunyai orang tua dengan riwayat kejang demam sebelumnya pada
masa kecilnya. Hal ini diduga dikaitkan dengan batas ambang kejang anak.<sup>
4, 6</sup><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Semua jenis infeksi bersumber di luar
susunan saraf pusat yang menimbulkan demam dapat menyebabkan kejang demam.
Penyakit yang paling sering menimbulkan kejang demam adalah infeksi saluran
pernafasan atas terutama tonsillitis dan faringitis, otitis media akut,
gastroenteritis akut, exantema subitum dan infeksi saluran kemih.<sup> 1,2,5</sup><b><o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> c. </span></b><b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Patofisiologi</span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sumber energi otak adalah glukosa yang
melalui proses oksidasi dipecah<b> </b>menjadi
CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam
yaitu<b> </b>lipoid dan permukaan luar
yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah
oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan
elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K+
dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron
terdapat keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam
dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut
potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran
diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan
sel.<sup>7,8 </sup>Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh perubahan
konsentrasi ion di ruang ekstraselular, rangsangan yang datang mendadak
misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya, perubahan patofisiologi
dari membran sendiri.<sup>7</sup><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pada
keadaan demam kenaikan suhu 1<sup>o</sup>C akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3
tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang
dewasa yang hanya 15 %. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh terutama kenaikan
suhu tubuh yang terlalu cepat dapat mengubah keseimbangan dari membran sel
neuron dan dalam waktu yang singkat sehingga terjadi difusi dari ion kalium
maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik
ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran
sel sekitarnya dengan perantara “neurotransmitter” dan terjadi eksitasi sel
nueron yang berlebihan atau kejang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Suatu
studi lain mengungkap bahwa sitokin pro-inflamasi, faktor spesifik umur, dan
penyebab dasar demam memiliki peranan tersendiri dalam mencetuskan bangktan
pada kejang demam. Sitokin pro-inflamasi dilepaskan sebagai respon tubuh
terhadap adanya kerusakan sel dan infeksi seperti interleukin-1</span><span class="A10"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">β
(IL-1β) merupakan jens sitokin yang bertindak sebagai pirogen menyebabkan demam
dan sitokin ini secara empiris memiliki peranan proses kejang suatu penyakit.<sup>3,5<o:p></o:p></sup></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span class="A10"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Selain
itu, sitokin pro-inflamasi juga mempengaruhi kestabilan neuronal, dan mampu
mengubah transmisi sinaptik pada proses kejang. IL-1β bahkan dikatakan dapat
menyebabkan kejang spontan, meskipun tanpa adanya hipertermia. Peningkatan
jumlah IL-1β dapat memicu langsung aktivitas epileptik, dan pemberian antagonis
reseptor IL-1β memediasi aksi antikonvulsan. Peningkatan produksi IL-1β telah
ditemukan secara spesifik dalam cairan serebrospinal pada anak dengan kejang
demam.<sup>3,5</sup></span></span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari
15 menit) biasanya dapat disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi
untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia,
asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi artenal
disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang
disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak
meningkat.<sup> 7,8</sup><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Tiap
anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi rendahnya
ambang kejang seorang anak. Ada anak yang ambang kejangnya rendah, kejang telah
terjadi pada suhu 38 derajat celcius, sedangkan pada anak dengan ambang kejang
tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40 derajat celcius.<sup>7,8</sup><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">d. Klasifikasi<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Menurut Ikatan Dokter anak Indonesia
(IDAI) tahun 2004, kejang demam dapat dibagi menjadi dua tipe anatar lain
sebagai berikut.<sup>3</sup><o:p></o:p></span></div>
<ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="1">
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-list: l5 level1 lfo1; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kejang
Demam Sederhana (Simple Febrile Seizure), atau KDS<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-list: l5 level1 lfo1; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kejang
Demam Kompleks (Complex febrile seizure), atau KDK<o:p></o:p></span></li>
</ol>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kejang
Demam Sederhana atau disebut juga dengan <i>simple
febrile seizure</i> atau KDS adalah kejang demam yang berlangsung singkat, kurang
dari 15 menit, dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik
dan atau klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam.
Kejang demam sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang demam.<sup> 3</sup>
Kejang Demam Kompleks atau <i>complex
febrile seizure</i> atau KDK adalah kejang demam dengan salah satu ciri berikut
ini.<sup> 3</sup><o:p></o:p></span></div>
<ul style="margin-top: 0cm;" type="disc">
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-list: l9 level1 lfo2; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kejang
lama > 15 menit<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-list: l9 level1 lfo2; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kejang
fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-list: l9 level1 lfo2; tab-stops: list 36.0pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Berulang
atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam<o:p></o:p></span></li>
</ul>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify; text-indent: 36.0pt;">
<em><span style="font-size: 12.0pt; font-style: normal; line-height: 150%; mso-bidi-font-style: italic; mso-bidi-font-weight: bold;">Kejang lama</span></em><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang berulang lebih
dari 2 kali dan di antara bangkitan kejang anak tidak sadar. Kejang lama
terjadi pada 8% kejang demam.<sup>3 </sup><em><span style="font-style: normal; mso-bidi-font-style: italic; mso-bidi-font-weight: bold;">Kejang fokal</span></em>
adalah kejang parsial satu sisi, atau kejang umum yang didahului kejang
parsial.<sup>3</sup> <em><span style="font-style: normal; mso-bidi-font-style: italic; mso-bidi-font-weight: bold;">Kejang berulang</span></em> adalah kejang 2
kali atau lebih dalam 1 hari, di antara 2 bangkitan kejang anak sadar. Kejang
berulang terjadi pada 16% di antara anak yang mengalami kejang demam.<sup>3</sup><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Menurut
Livingstone (1970), membagi kejang demam menjadi dua :</span><sup><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: DejaVuSans;"> 2,9</span></sup><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 1.0cm;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">1 . Kejang demam sederhana<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 99.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l11 level1 lfo6; tab-stops: list 70.9pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -42.3pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">a)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Umur anak ketika kejang antara 6 bulan
& 4 tahun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 99.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l11 level1 lfo6; tab-stops: list 70.9pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -42.3pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">b)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kejang berlangsung hanya sebentar saja,
tak lebih dari 15 menit<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 99.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l11 level1 lfo6; tab-stops: list 70.9pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -42.3pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">c)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kejang bersifat umum, frekuensi kejang bangkitan
dalam 1 tahun tidak > 4 kali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 99.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l11 level1 lfo6; tab-stops: list 70.9pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -42.3pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">d)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah
timbulnya demam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 99.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l11 level1 lfo6; tab-stops: list 70.9pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -42.3pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">e)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah
kejang normal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 70.9pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l11 level1 lfo6; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -14.2pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">f)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG)
yang dibuat sedikitnya seminggu sesudah suhu normal tidak menunjukkan kelainan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 27.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 1.35pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">2
. Epilepsi yang diprovokasi demam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 99.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l12 level1 lfo7; tab-stops: list 70.9pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -42.3pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">a)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kejang lama dan bersifat lokal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 99.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l12 level1 lfo7; tab-stops: list 70.9pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -42.3pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">b)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Umur lebih dari 6 tahun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 99.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l12 level1 lfo7; tab-stops: list 70.9pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -42.3pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">c)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Frekuensi serangan lebih dari 4 kali /
tahun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 99.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-list: l12 level1 lfo7; tab-stops: list 70.9pt; text-align: justify; text-indent: -42.3pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">d)<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">EEG
setelah tidak demam abnormal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya kejang demam berulang antara lain:</span><sup><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: DejaVuSans;"> 1,3</span></sup><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 63.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l8 level2 lfo3; tab-stops: 63.0pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Usia < 15 bulan saat kejang demam
pertama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 63.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l8 level2 lfo3; tab-stops: 63.0pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Riwayat kejang demam dalam keluarga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 63.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l8 level2 lfo3; tab-stops: 63.0pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kejang demam terjadi segera setelah mulai
demam atau saat suhu sudah relatif normal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 63.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l8 level2 lfo3; tab-stops: 63.0pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Riwayat demam yang sering<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 63.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l8 level2 lfo3; tab-stops: 63.0pt; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">5.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kejang pertama adalah kejang demam
kompleks<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Perbedaan
kejang demam dengan epilepsi yaitu pada epilepsi, tidak disertai demam.
Epilepsi terjadi karena adanya gangguan keseimbangan kimiawi sel-sel otak yang
mencetuskan muatan listrik berlebihan di otak secara tiba-tiba. Penderita
epilepsi adalah seseorang yang mempunyai bawaan ambang rangsang rendah terhadap
cetusan tersebut. Cetusan bisa di beberapa bagian otak dan gejalanya beraneka
ragam. Serangan epilepsi sering terjadi pada saat ia mengalami stres, jiwanya
tertekan, sangat capai, atau adakalanya karena terkena sinar lampu yang tajam.<sup>1,3</sup><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">e. Manifestasi Klinis<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Serangan kejang pada kasus kejang demam
pada umunya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat
dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik, tonik, klonik, fokal atau
akinetik dan umumnya kejang dapat berhenti sendiri. Anak denga kejang demam akan
terbangun dan sadar kembali setelah beberapa detik atau menit setelah bangkitan
tanpa adanya kelainan neurologik. </span><sup><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: DejaVuSans;">2,5</span></sup><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Gejala yang timbul saat anak
mengalami kejang demam antara lain : anak mengalami demam (terutama demam
tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang terjadi secara tiba-tiba), kejang
tonik-klonik atau grand mal, pingsan yang berlangsung selama 30 detik-5 menit
(hampir selalu terjadi pada anak-anak yang mengalami kejang demam). Kejang
dapat dimulai dengan kontraksi yang tiba-tiba pada otot kedua sisi tubuh anak.
Kontraksi terjadi pada otot wajah, badan, tangan dan kaki. Anak dapat menangis
atau merintih akibat kekuatan kontaksi otot. Anak akan cederung jatuh apabila
dalam keadaan berdiri saat bangkitan. </span><sup><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: DejaVuSans;">2,5</span></sup><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Postur
tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya berlangsung selama
10-20 detik), gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan
berirama, biasanya berlangsung selama 1-2 menit), lidah atau pipinya tergigit,
gigi atau rahangnya terkatup rapat, inkontinensia (mengeluarkan air kemih atau
tinja diluar kesadarannya), gangguan pernafasan, apneu (henti nafas), dan
kulitnya kebiruan.</span><sup><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: DejaVuSans;"> 2,5</span></sup><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> <b>f. Diagnosis<o:p></o:p></b></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Diagnosis kejang demam dapat ditegakkan
secara klinis ataupun dengan menyingkirkan penyakit-penyakit lain yang dapat
menyebabkan kejang, di antaranya: infeksi susunan saraf pusat, perubahan akut
pada keseimbangan homeostasis, air dan elektrolit dan adanya lesi struktural
pada sistem saraf. Beberapa hal yang perlu dicari saat melakukan pemeriksaan
pada pasien dengan kejang demam antara lain;<o:p></o:p></span></div>
<ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="1">
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-list: l0 level1 lfo14; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Anamnesis</span><sup><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: DejaVuSans;">5,6</span></sup><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></li>
<ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="a">
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-list: l0 level2 lfo14; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Waktu
terjadi kejang, durasi, frekuensi, interval antara 2 serangan kejang<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-list: l0 level2 lfo14; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Sifat
kejang (fokal atau umum)<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-list: l0 level2 lfo14; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Bentuk
kejang (tonik, klonik, tonik-klonik)<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-list: l0 level2 lfo14; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kesadaran
sebelum dan sesudah kejang (menyingkirkan diagnosis meningoensefalitis)<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-list: l0 level2 lfo14; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Riwayat
demam (sejak kapan, timbul mendadak atau perlahan, menetap atau naik
turun)<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-list: l0 level2 lfo14; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Menentukan
penyakit yang mendasari terjadinya demam (ISPA, OMA, GE)<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-list: l0 level2 lfo14; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Riwayat
kejang sebelumnya (kejang disertai demam maupun tidak disertai demam atau
epilepsi)<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-list: l0 level2 lfo14; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Riwayat
gangguan neurologis (menyingkirkan diagnosis epilepsi)<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-list: l0 level2 lfo14; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Riwayat
keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-list: l0 level2 lfo14; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Riwayat
trauma kepala<o:p></o:p></span></li>
</ol>
</ol>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo14; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pemeriksaan fisik</span><sup><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: DejaVuSans;">5,6</span></sup><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<ol start="2" style="margin-top: 0cm;" type="1">
<ol start="1" style="margin-top: 0cm;" type="a">
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-list: l0 level2 lfo14; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Tanda
tanda vital terutama suhu tubuh<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-list: l0 level2 lfo14; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Manifestasi
kejang yang terjadi, misal : pada kejang multifokal yang berpindah-pindah
atau kejang tonik, yang biasanya menunjukkan adanya kelainan struktur
otak.<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-list: l0 level2 lfo14; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kesadaran
tiba-tiba menurun sampai koma dan berlanjut dengan hipoventilasi, henti
nafas, kejang tonik, posisi deserebrasi, reaksi pupil terhadap cahaya
negatif, dan terdapatnya kuadriparesis flasid.<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-list: l0 level2 lfo14; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pada
kepala apakah terdapat fraktur, depresi atau mulase kepala berlebihan
yang disebabkan oleh trauma. Ubun –ubun besar yang tegang dan membenjol
menunjukkan adanya peninggian tekanan intrakranial yang dapat disebabkan
oleh pendarahan subaraknoid atau subdural. Pada bayi yang lahir dengan
kesadaran menurun, perlu dicari luka atau bekas tusukan janin dikepala
atau fontanel enterior yang disebabkan karena kesalahan penyuntikan obat
anestesi pada ibu.<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-list: l0 level2 lfo14; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Terdapatnya
stigma berupa jarak mata yang lebar atau kelainan kraniofasial yang
mungkin disertai gangguan perkembangan korteks serebri.<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-list: l0 level2 lfo14; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Ditemukannya
korioretnitis dapat terjadi pada toxoplasmosis, infeksi sitomegalovirus
dan rubella. Tanda stasis vaskuler dengan pelebaran vena yang berkelok –
kelok di retina terlihat pada sindom hiperviskositas.<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-list: l0 level2 lfo14; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Transluminasi
kepala yang positif dapat disebabkan oleh penimbunan cairan subdural atau
kelainan bawaan seperti parensefali atau hidrosefalus.<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-list: l0 level2 lfo14; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pemeriksaan
umum penting dilakukan misalnya mencari adanya sianosis dan bising
jantung, yang dapat membantu diagnosis iskemia otak.<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-list: l0 level2 lfo14; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pemeriksaan
untuk menentukan penyakit yang mendasari terjadinya demam<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-list: l0 level2 lfo14; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pemeriksaan
refleks patologis<o:p></o:p></span></li>
<li class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-list: l0 level2 lfo14; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pemeriksaan
tanda rangsang meningeal (menyingkirkan diagnosis meningoensefalitis)<o:p></o:p></span></li>
</ol>
</ol>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo14; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pemeriksaan laboratorium</span><sup><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: DejaVuSans;">1,3,5</span></sup><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 70.9pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l2 level2 lfo5; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">a.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Darah
lengkap, elektrolit, glukosa darah <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 70.9pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-list: l2 level2 lfo5; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">b.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pemeriksaan
fungsi hati dan ginjal <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 70.9pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-list: l2 level2 lfo5; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-bidi-theme-font: minor-latin;">c.<span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Kadar
TNF alfa, IL-1 alfa & IL-6 pada CSS </span><span style="font-family: Wingdings; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: Wingdings;">à</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> meningkat pada
ensefalitis akut/ensefalopati.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; mso-add-space: auto; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l0 level1 lfo14; text-autospace: none; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pemeriksaan
penunjang lainnya</span><sup><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: DejaVuSans;">1,2,3,5</span></sup><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 70.9pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l0 level2 lfo14; text-autospace: none; text-indent: -14.2pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">a.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Lumbal
Pungsi </span><span style="font-family: Wingdings; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: Wingdings;">à</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
curiga meningitis, umur kurang dari 12 bulan diharuskan dan umur di antara
12-18 bulan dianjurkan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 70.9pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l0 level2 lfo14; text-autospace: none; text-indent: -14.2pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">b.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">EEG
</span><span style="font-family: Wingdings; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-symbol-font-family: Wingdings;">à</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">
tidak dapat mengidentifikasi kelainan yang spesifik maupun memprediksi
terjadinya kejang yang berulang, tapi dapat dipertimbangkan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 70.9pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; mso-list: l0 level2 lfo14; text-autospace: none; text-indent: -14.2pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">c.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">CT-scan
atau MRI tidak dilakukan pada KDS yang terjadi pertama kali, akan tetapi dapat
dipertimbangkan untuk pasien yang mengalami KDK untuk menentukan kelainan
struktural berupa kompleks tunggal atau multipel.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 1.0cm; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l7 level2 lfo13; text-align: justify; text-indent: -1.0cm;">
<b><span style="line-height: 150%;"><span style="font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"><span style="font-family: Times New Roman, serif;">g. </span></span><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Penatalaksanaan<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Penatalaksaan kejang demam difokuskan pada
4 hal berikut, yakni </span><sup><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: DejaVuSans;"> 2,3,4,5,7</span></sup><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 27.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">1. Mengatasi
kejang <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 27.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">2. Pengobatan penunjang
dan simtomatis<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 27.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">3. Memberikan
pengobatan rumatan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none; text-indent: 27.0pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">4. Mencari dan
mengobati penyebab demam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">1.
Penatalaksanaan saat Kejang </span></b><b><sup><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: DejaVuSans;">2,3</span></sup></b><b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 9.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<span class="ft4"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Umumnya
kejang berlangsung singkat dan berhenti sendiri. Jika</span></span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> <span class="ft4">masih kejang diberikan diazepam intravena 0,3-0,5 mg/kg.bb</span> <span class="ft4">iv perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit diberikan dalam waktu
3-5 menit, dosis maksimal 20 mg.</span> Dapat juga digunakan diazepam per
rektal dengan dosis diazepam rektal ialah 0,5-0,75 mg/kgBB a<span class="ft4">tau
diazepam per rektal 5 mg untuk anak dengan berat badan</span> <span class="ft4"><
10 kg dan 10 mg jika berat badan > 10 kg. Jika setelah pemberian diazepam
per rektal kejang belum</span> <span class="ft4">berhenti, dapat diulang dengan
dosis sama setelah selang</span> <span class="ft4">waktu 5 menit. Tanda-tanda
depresi pernapasan diawasi ketika memberika obat-obatan golongan tersebut. <o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 9.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify; text-indent: 27.0pt;">
<span class="ft4"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Jika anak masih kejang, dapat
diberikan fenitoin intravena 10-20 mg/kgBB/kali dengan kecepatan 1 mg/kgBB/menit
atau < 50 mg/menit. Jika kejang berhenti diberikan dosis rumatan fenitoin yakni
4-8 mg/kgbb/hari dimulai 12 jam setelah dosis awal. Jika masih belum berhenti, pasien
harus dirawat di ruang perawatan intensif.<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">2.
Pengobatan Penunjang dan Simptomatis</span></b><b><sup><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: DejaVuSans;">2,4,5</span></sup></b><b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 9.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pengobatan penunjang
dapat dilakukan dengan memonitor jalan nafas, pernafasan, sirkulasi dan
memberikan pengobatan yang sesuai. Posisi kepala pasien dimiringkan saat
terjadi kejang untuk mencegah terjadinya aspirasi. Pada demam, pembuluh darah
besar akan mengalami vasodilatasi, sedangkan pembuluh darah perifer akan
mengalami vasokontrisksi. Kompres es dan alkohol tidak lagi digunakan karena
pembuluh darah perifer bisa mengalami vasokontriksi yang berlebihan sehingga
menyebabkan proses penguapan panas dari tubuh pasien menjadi lebih terganggu. Selain
memberika kompres hangat pemberian antipiretik disarankan pada pasien kejang
demam dengan febris.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span class="ft3"><b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">3. Pengobatan
rumat/pencegahan/profilaksis </span></b></span><b><sup><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: DejaVuSans;">1,3,7</span></sup></b><b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 9.0pt;">
<span class="ft4"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Pengobatan
rumatan diberikan jika:</span></span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 27.0pt;">
<span class="ft4"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">1.
Kejang lama > 15 menit</span></span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 27.0pt;">
<span class="ft4"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">2.
Ada kelainan neurologis nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya paresis
Todd, <i>cerebral palsy</i>, retardasi
mental, hidrosefalus.</span></span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 27.0pt;">
<span class="ft4"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">3.
Kejang fokal</span></span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 9.0pt;">
<span class="ft4"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">dipertimbangkan
jika : </span></span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 9.0pt; text-indent: 18.0pt;">
<span class="ft4"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">1. Kejang berulang dua kali atau lebih
dalam 24 jam</span></span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 9.0pt; text-indent: 18.0pt;">
<span class="ft4"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">2. Terjadi pada bayi < 12 bulan</span></span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 9.0pt; text-indent: 18.0pt;">
<span class="ft4"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">3. Kejang demam 4 kali/tahun<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 9.0pt;">
<span class="ft4"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Jenis
pengobatan rumatan (profilaksis) dibagi menjadi dua yaitu,<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 45.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l4 level1 lfo8; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span class="ft4"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">a.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span></span><!--[endif]--><span class="ft4"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Profilaksis
Intermiten<o:p></o:p></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 27.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Untuk
mencegah terulangnya kejang di kemudian hari, penderita kejang demam diberikan
obat campuran anti konvulsan dan antipiretika yang harus diberikan kepada anak
selama episode demam. Antipiretik yang diberikan adalah paracetamol dengan
dosis 10-15mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari (tidak > 5 kali sehari) atau
ibuprofen dengan dosis 5-10mg/kg/kali, 3-4 kali sehari. <span class="ft4">Asam
asetil salisilat tidak dianjurkan terutama pada usia < 18 bulan karena
risiko sindrom Reye. </span><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 27.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"> Antikonvulsan
yang dipergunakan untuk mencegah terulangnya kejang demam ialah diazepam. <span class="ft4">Diazepam oral 0,3 mg/kgBB tiap 8 jam saat demam menurunkan risiko
berulangnya kejang demam pada 30% - 60 % kasus, begitu pula diazepam rektal 0,5
mg/kgBB setiap 8 jam pada suhu > 38.5ºC.</span> Profilaksis intermitten ini
sebaiknya diberikan sampai kemungkinan anak untuk menderita kejang demam
sedehana sangat kecil yaitu sampai sekitar umur 4 tahun. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 45.0pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l4 level1 lfo8; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">b.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Profilaksis
Jangka Panjang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 27.0pt; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Profilaksis
jangka panjang brtujuan untuk menjamin terdapatnya dosis teurapetik yang stabil
dan cukup di dalam darah penderita untuk mencegah terulangnya kejang di
kemudian hari. Lama pengobatan d<span class="ft4">iberikan selama 1 tahun bebas
kejang; kemudian dihentikan bertahap dalam 1-2 bulan.</span> Obat yang dipakai
untuk profilaksis jangka panjang ialah fenobarbital dengan dosis dosis 3-4
mg/kgBB/hari. Efek samping dari pemakaian fenobarbital jangka panjang ialah
perubahan sifat anak menjadi hiperaktif, perubahan siklus tidur dan
kadang-kadang gangguan kognitif atau fungsi luhur. Sodium valproat / asam
valproat dengan dosis 15-40 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis. <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">4. Mencari dan Mengobati Penyebab
Demam<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 9.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Penyebab dari
kejang demam baik sederhana maupun kompleks paling sering berasal dari infeksi
traktus respiratorius bagian atas dan otitis media akut. Pemberian antibiotik
yang tepat dan kuat perlu untuk mengobati infeksi tersebut. Secara teoritis
pada anak dengan kejang demam yang datang untuk pertama kali sebaiknya
dikerjakan pemeriksaan pungsi lumbal. Hal ini perlu untuk menyingkirkan faktor
infeksi di dalam otak misalnya meningitis</span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 9.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<b style="text-indent: -14.2pt;"><span style="line-height: 150%;"><span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"><br /></span></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-left: 9.0pt; mso-layout-grid-align: none; text-align: justify; text-autospace: none;">
<b style="text-indent: -14.2pt;"><span style="line-height: 150%;"><span style="font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">h. </span><span style="font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><b style="text-indent: -14.2pt;"><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Prognosis</span></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l13 level1 lfo9; text-align: justify; text-indent: 0cm;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Kemungkinan
mengalami kecacatan atau kelainan neurologis<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Kejadian kecacatan
pada anak sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah dilaporkan sebelumnya.
Perkembangan mental dan neurologis sebagian besar tetap normal pada pasien yang
sebelumnya normal. Pada penelitian retrospektif dilaporkan bahwa kelainan
neurologis setelah terjadinya kejang demam terjadi pada sebagian kecil kasus,
terutama pada kasus dengan kejang lama atau kejang demam berulang baik fokal
maupun umum.<sup>2,6<o:p></o:p></sup></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l13 level1 lfo9; text-align: justify; text-indent: 0cm;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Kemungkinan
mengalami kematian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify; text-indent: 14.15pt;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Kematian karena kejang demam hingga saat ini belum
pernah dilaporkan.<sup>2<o:p></o:p></sup></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l13 level1 lfo9; text-align: justify; text-indent: 0cm;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Kemungkinan
berulangnya kejang demam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Kejang demam dapat
berulang pada beberapa kasus. Rekurensi kejang demam setelah episode kejang
pertama sebesar 30-40% secara keseluruhan, dan meningkat menjadi 50% pada kasus
kejang demam pada anak usia kurang dari 1 tahun. Kekambuhan terjadi biasanya
dalam waktu 12 bulan.<sup>4,6</sup> Dari beberapa penelitian besar, disimpulkan
terdapat beberapa faktor risiko terjadinya rekurensi kejang demam, sebagai
berikut;<sup>4,6<o:p></o:p></sup></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 78.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l10 level1 lfo12; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">a.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Riwayat kejang
demam pada keluarga, terutama pada generasi pertama.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 78.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l10 level1 lfo12; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">b.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Umur kurang dari 1
tahun.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 78.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l10 level1 lfo12; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">c.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Suhu yang rendah
(< 39<sup>o</sup>C) pada saat terjadinya kejang demam pertama.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 78.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l10 level1 lfo12; text-align: justify; text-indent: -18.0pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">d.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Cepatnya kejang
setelah muncul demam.<sup>2,3,5,6,7</sup><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l13 level1 lfo9; text-align: justify; text-indent: 0cm;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Kemungkinan
terjadinya epilepsi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Faktor risiko lain
adalah terjadinya epilepsi di kemudian hari. Beberapa faktor risiko menjadi
epilepsi, adalah:<sup>2,6<o:p></o:p></sup></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l6 level1 lfo10; text-align: justify; text-indent: 0cm;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">a.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Kelainan
neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama, misalnya
cerebral palsy dan retardasi mental.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l6 level1 lfo10; text-align: justify; text-indent: 0cm;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">b.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Kejang demam
kompleks.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 42.55pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l6 level1 lfo10; text-align: justify; text-indent: 0cm;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">c.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Riwayat epilepsi
pada orangtua atau saudara kandung.<sup>2</sup><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 35.45pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Masing-masing faktor risiko meningkatkan kemungkinan
kejadian epilepsi sampai 4%-6%, kombinasi dari faktor risiko tersebut
meningktkan kemungkinan epilepsi menjadi 10%-49%. Kemungkinan menjadi epilepsi
tidak dapat dicegah dengan pemberian obat rumat pada kejang demam.<sup>2<o:p></o:p></sup></span></div>
<div class="MsoNormal">
<br /></div>
<div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l7 level2 lfo13; tab-stops: 1.0cm; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<b><span style="line-height: 150%;"><span style="font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"><span style="font-family: Times New Roman, serif;">i. </span></span><span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; font-weight: normal; line-height: normal;"> </span></span></b><!--[endif]--><b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Konseling dan Edukasi<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Konseling dan
edukasi diberikan kepada pihak keluarga terutama orangtua penderita dengan
memberikan informasi mengenai:<sup>1,2,6,7<o:p></o:p></sup></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo11; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Prognosis dari
kejang demam, di mana umumnya memiliki prognosis baik.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo11; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Tidak ada
peningkatan risiko keterlambatan sekolah atau gangguan intelektual akibat
kejang demam.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo11; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Kejang demam kurang
dari 30 menit tidak mengakibatkan kerusakan otak.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; mso-add-space: auto; mso-list: l1 level1 lfo11; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-size: 11.0pt;">Risiko kekambuhan
penyakit yang sama di kemudian hari dan cara penanganan kejang.<o:p></o:p></span></div>
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;">Rendahnya risiko terkena epilepsi dan tidak adanya manfaat menggunakan
terapi obat antiepilepsi</span><br />
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;"><br /></span>
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;"><br /></span>
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;"><br /></span>
<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; text-align: center;">
<b><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Daftar Pustaka <o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level4 lfo1; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-weight: bold;">Mendonça de Siqueira LF. Febrile Seizures: Update on
Diagnosis and Management.</span><span style="font-family: "NewsGothicBT-Light",sans-serif; font-size: 7.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: NewsGothicBT-Light;">
</span><i><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Rev Assoc Med Bras</span></i><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">.2010;
56 (4): 489-92.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level4 lfo1; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-weight: bold;">Mahmoud Mohammadi. Febrile Seizures: Four Steps
Algorithmic Clinical Approach. <i>Iran
J Pediatr</i>.2010; 20(1): 6-15.</span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level4 lfo1; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">3.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Suwarba
I Gusti Ngurah Made, Sutriani Mahalini Dewi, Kari I Komang. Pedoman Diagnosis
dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak RSUP Sanglah. SMF Ilmu Kesehatan Anak FK
Unud/RSUP Sanglah.2010:311-315<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level4 lfo1; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">4.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-weight: bold;">Farrell Kevin, Goldman RD. The Management of Febrile
Seizures. <i>Bc Medical Journal</i>. 2011 ; </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">53
(6) : 268-273.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level4 lfo1; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<!--[if !supportLists]--><span class="A0"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">5.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Graves RC, Oehler Karen, Tingle LE. Febrile Seizures: Risks, Evaluation, and
Prognosis<b><i>. <span class="A0"><span style="line-height: 150%;">American Family Physician.2012;85(2):149-153.</span></span></i></b><span class="A0"><span style="line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></span></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level4 lfo1; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">6.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-weight: bold;">Syndi Seinfeld, Pellock JM. </span><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: AdobeFangsongStd-Regular;">Recent Research on Febrile
Seizures: A Review. </span><i><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">J
Neurol Neurophysiol</span></i><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">.2013; 4(4): 1-6.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level4 lfo1; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<!--[if !supportLists]--><span class="A0"><span style="font-family: "Times New Roman", serif; font-size: 12pt; line-height: 150%;">7.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;">
</span></span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-weight: bold;">Ojha AR,
Shakya KN, Aryal UR. Recurrence Risk of Febrile Seizures in Children. </span><i><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">J Nepal Paediatr</span></i><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">.
2012; 32 (1): 33-36<span class="A0"><span style="line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></span></span></div>
<div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level4 lfo1; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">8.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><v:roundrect arcsize="10923f" fillcolor="white [3201]" id="Rectangle_x003a__x0020_Rounded_x0020_Corners_x0020_1" o:gfxdata="UEsDBBQABgAIAAAAIQC75UiUBQEAAB4CAAATAAAAW0NvbnRlbnRfVHlwZXNdLnhtbKSRvU7DMBSF
dyTewfKKEqcMCKEmHfgZgaE8wMW+SSwc27JvS/v23KTJgkoXFsu+P+c7Ol5vDoMTe0zZBl/LVVlJ
gV4HY31Xy4/tS3EvRSbwBlzwWMsjZrlprq/W22PELHjb51r2RPFBqax7HCCXIaLnThvSAMTP1KkI
+gs6VLdVdad08ISeCho1ZLN+whZ2jsTzgcsnJwldluLxNDiyagkxOquB2Knae/OLUsyEkjenmdzb
mG/YhlRnCWPnb8C898bRJGtQvEOiVxjYhtLOxs8AySiT4JuDystlVV4WPeM6tK3VaILeDZxIOSsu
ti/jidNGNZ3/J08yC1dNv9v8AAAA//8DAFBLAwQUAAYACAAAACEArTA/8cEAAAAyAQAACwAAAF9y
ZWxzLy5yZWxzhI/NCsIwEITvgu8Q9m7TehCRpr2I4FX0AdZk2wbbJGTj39ubi6AgeJtl2G9m6vYx
jeJGka13CqqiBEFOe2Ndr+B03C3WIDihMzh6RwqexNA281l9oBFTfuLBBhaZ4ljBkFLYSMl6oAm5
8IFcdjofJ0z5jL0MqC/Yk1yW5UrGTwY0X0yxNwri3lQgjs+Qk/+zfddZTVuvrxO59CNCmoj3vCwj
MfaUFOjRhrPHaN4Wv0VV5OYgm1p+LW1eAAAA//8DAFBLAwQUAAYACAAAACEArRstD7cCAABKBgAA
HwAAAGNsaXBib2FyZC9kcmF3aW5ncy9kcmF3aW5nMS54bWysVN9P2zAQfp+0/8HyO6TpQoCIgLoy
EBIC1DLxbGyniXDszHZDur9+d07SVgwNadtL4vPdfffrO59ddLUirbSuMjqn8eGEEqm5EZVe5fT7
49XBCSXOMy2YMlrmdCMdvTj//OmMZSvLmrLiBBC0y1hOS++bLIocL2XN3KFppAZdYWzNPIh2FQnL
XgG5VtF0MkmjmlWanu+gLplnZG2rv4BShr9IMWe6ZQ4gFc/2b4YcFf93ZJbp9to2y+bBYub8rn2w
pBI5hc5pVkOLaDQoBjMQozdeqx1AV9ga7U1RkC6n6WR6nEwBa5PT05M4TdKjHk92nnAwOE2+pDHo
ORikcTJJBj0v7z9A4OW3P2JAkn0ycNhL0DWYnm5/rzgeK15IDhRZKZmRhVlrIQWZG6uBVSTedgP9
x1aMWG7o4v9pwrYAljXW+WtpaoKHnFrMCrMMbGPtrfN9KqMdlqg0fp1RlbiqlAoCUlnOlSUtUzl9
XoVyIM6eFUjoiZdDNb5bhp757qsRG8R5hj/QxBrIBWbnGn5VQWK3zPkHZmF14BKW0N/Dp1DmNadm
OFFSGvvzvXu0BzqDlpJXWMWcuh9rZiUl6kY7IEqcJADrg5AcHSOp7L7meV+j1/XcQIkwU8guHNHe
q/FYWFM/GStmGBVUTHOInVPu7SjMPciggo3ncjYLZ27qhvlbvWxg9+LQfuz5Y/fEbDNMxwO378yy
ZI18bz69LbZRm9nam6Iahtd3FRXK+aXfKBk2L/ReaoGdXUDXFVAzp5U4uLlEMsKgwAK+u/GsnVw2
SI9ePc7PIWSA1wtZwJLD+k1DhuGJ2/GCcS61Twd0hdboVgCLto597W8clR8JNdiimywKSGXrOPk4
4tYjRDV651xX2tj3AMTLNnJv3zO4rzhwGS7evKLBZHj18anel89/AQAA//8DAFBLAwQUAAYACAAA
ACEAdoVqFVYGAAAPGgAAGgAAAGNsaXBib2FyZC90aGVtZS90aGVtZTEueG1s7FlLbxs3EL4X6H9Y
7L2x3oqNyIGtR9zEToJISZEjpaV2GXOXC5Kyo1uRnHopUCAtemiA3nooigZogAa99McYcNCmP6JD
7kOkRMUPuEBQxAKM3dlvhsOZ2W9I7o2bT2PqHWEuCEs6fvVaxfdwMmEBScKO/3A0+Oy67wmJkgBR
luCOP8fCv7n96Sc30NaEknTMEA9GEY6xB4YSsYU6fiRlurWxISYgRuIaS3ECz6aMx0jCLQ83Ao6O
YYCYbtQqldZGjEjib4NFqQz1KfxLpFCCCeVDZQZ7CYph9HvTKZlgjQ0Oqwoh5qJLuXeEaMcHmwE7
HuGn0vcoEhIedPyK/vM3tm9soK1cico1uobeQP/lerlCcFjTY/JwXA7aaDQbrZ3SvgZQuYrrt/ut
fqu0pwFoMoGZZr7YNtu1biPHGqDs0mG71+7VqxbesF9f8XmnqX4WXoMy+40V/GDQhShaeA3K8M0V
fHN3c7dn29egDN9awbcrO71G27KvQRElyeEKutJs1bvFbEvIlNE9J3yz2Ri0a7nxBQqqoawuNcSU
JXJdrcXoCeMDACggRZIknpyneIomUJNdRMmYE2+fhBEUXooSJkBcqVUGlTr8V7+GvtIZRVsYGdrK
L/BErIiUP56YcJLKjn8brPoG5PTNm5Nnr0+e/X7y/PnJs1/zsbUpS28PJaGp9+6nb/55+aX3928/
vnvxbTb0Ml6Y+Le/fPX2jz/fZx5mvAjF6Xev3r5+dfr913/9/MJhfYejsQkfkRgL7y4+9h6wGCbo
8B+P+cU0RhEipsZOEgqUIDWKw35fRhb67hxR5MDtYjuOjzhQjQt4a/bEcngY8ZkkDot3otgCHjBG
dxl3RuGOGssI82iWhO7B+czEPUDoyDV2FyVWlvuzFDiWuEx2I2y5eZ+iRKIQJ1h66hk7xNgxu8eE
WHE9IBPOBJtK7zHxdhFxhmRExlY1LZT2SAx5mbschHxbsTl45O0y6pp1Dx/ZSHg3EHU4P8LUCuMt
NJModpkcoZiaAd9HMnI5OZzziYnrCwmZDjFlXj/AQrh07nGYr5H0O0Az7rQf0HlsI7kkhy6b+4gx
E9ljh90IxakLOyRJZGI/F4dQosi7z6QLfsDsN0TdQx5Qsjbdjwi20n02GzwEhjVdWhSIejLjjlze
wsyq3+GcThHWVAMNwOL1mCRnkvwSvTf/O3oHEj394aVjRldD6W7DVj4uSOY7nDjfpr0lCl+HWybu
LuMB+fB5u4dmyX0Mr8pq8/pI2x9p2//f0/a69/nqyXrBz0DdatmaLdf14j1eu3afEkqHck7xvtDL
dwFdKRiAUOnpPSou93JpBJfqTYYBLFzIkdbxOJNfEBkNI5TCGr/qKyOhyE2HwkuZgKW/FjttKzyd
xQcsyLas1aranmbkIZBcyCvNUg7bDZmhW+3FNqw0r70N9Xa5cEDpXsQJYzDbibrDiXYhVEHSm3MI
msMJPbMr8WLT4cV1Zb5I1YoX4FqZFVg2ebDY6vjNBqiAEuyqEMWBylOW6iK7OplXmel1wbQqANYQ
RQUsMr2pfF07PTW7rNTOkWnLCaPcbCd0ZHQPExEKcF6dSnoeNy6a681FSi33VCj0eFBaCzfa19/n
xWVzDXrL3EATkylo4h13/Fa9CSUzQWnHn8LWHy7jFGpHqOUuoiEcmk0kz174yzBLyoXsIRFlAdek
k7FBTCTmHiVxx1fTL9NAE80h2rdqDQjhg3VuE2jlQ3MOkm4nGU+neCLNtBsSFensFhg+4wrnU61+
ebDSZDNI9zAKjr0xnfEHCEqs2a6qAAZEwAlQNYtmQOBIsySyRf0tNaacds0zRV1DmRzRNEJ5RzHJ
PINrKi/d0XdlDIy7fM4QUCMkeSMch6rBmkG1umnZNTIf1nbds5VU5AzSXPRMi1VU13SzmDVC0QaW
Ynm5Jm94VYQYOM3s8Bl1L1PuZsF1S+uEsktAwMv4ObruORqC4dpiMMs15fEqDSvOzqV27ygmeIZr
52kSBuu3CrNLcSt7hHM4EF6q84PectWCaFqsK3WkXZ8nDlDqjcNqx4dPBHA28RSu4CODD7KaktWU
DK7gywG0i+y4v+PnF4UEnmeSElMvJPUC0ygkjULSLCTNQtIqJC3f0+fi8C1GHYn7XnHsDT0sPybP
1xb2N5ztfwEAAP//AwBQSwMEFAAGAAgAAAAhAJxmRkG7AAAAJAEAACoAAABjbGlwYm9hcmQvZHJh
d2luZ3MvX3JlbHMvZHJhd2luZzEueG1sLnJlbHOEj80KwjAQhO+C7xD2btJ6EJEmvYjQq9QHCMk2
LTY/JFHs2xvoRUHwsjCz7DezTfuyM3liTJN3HGpaAUGnvJ6c4XDrL7sjkJSl03L2DjksmKAV201z
xVnmcpTGKSRSKC5xGHMOJ8aSGtHKRH1AVzaDj1bmIqNhQaq7NMj2VXVg8ZMB4otJOs0hdroG0i+h
JP9n+2GYFJ69elh0+UcEy6UXFqCMBjMHSldnnTUtXYGJhn39Jt4AAAD//wMAUEsBAi0AFAAGAAgA
AAAhALvlSJQFAQAAHgIAABMAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAFtDb250ZW50X1R5cGVzXS54bWxQSwEC
LQAUAAYACAAAACEArTA/8cEAAAAyAQAACwAAAAAAAAAAAAAAAAA2AQAAX3JlbHMvLnJlbHNQSwEC
LQAUAAYACAAAACEArRstD7cCAABKBgAAHwAAAAAAAAAAAAAAAAAgAgAAY2xpcGJvYXJkL2RyYXdp
bmdzL2RyYXdpbmcxLnhtbFBLAQItABQABgAIAAAAIQB2hWoVVgYAAA8aAAAaAAAAAAAAAAAAAAAA
ABQFAABjbGlwYm9hcmQvdGhlbWUvdGhlbWUxLnhtbFBLAQItABQABgAIAAAAIQCcZkZBuwAAACQB
AAAqAAAAAAAAAAAAAAAAAKILAABjbGlwYm9hcmQvZHJhd2luZ3MvX3JlbHMvZHJhd2luZzEueG1s
LnJlbHNQSwUGAAAAAAUABQBnAQAApQwAAAAA
" o:spid="_x0000_s1026" strokecolor="white [3212]" strokeweight="1pt" style="height: 48.4pt; left: 0; margin-left: 361.2pt; margin-top: 348.8pt; mso-position-horizontal-relative: text; mso-position-horizontal: absolute; mso-position-vertical-relative: text; mso-position-vertical: absolute; mso-wrap-distance-bottom: 0; mso-wrap-distance-left: 9pt; mso-wrap-distance-right: 9pt; mso-wrap-distance-top: 0; mso-wrap-style: square; position: absolute; text-align: left; v-text-anchor: middle; visibility: visible; width: 74.3pt; z-index: 251659264;">
<v:stroke joinstyle="miter">
</v:stroke></v:roundrect><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-weight: bold;">Gayathri D, Balachandar CS, Chidambaranathan S.
Serum Zinc Levels in Children with Simple Febrile Seizures. </span><i><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">International Journal of Current
Medical Sciences</span></i><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">. 2015; 5(9):28-34.<o:p></o:p></span></div>
<span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 107%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-size: 11.0pt; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;">
</span><br />
<div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-left: 14.2pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level4 lfo1; text-align: justify; text-indent: -14.2pt;">
<!--[if !supportLists]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%; mso-fareast-font-family: "Times New Roman";">9.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span style="font-family: "Times New Roman",serif; font-size: 12.0pt; line-height: 150%;">Hirtz
DG. Febrile Seizures. <i>Pediatrics in Review</i>.1997;18(1)
: 5-9<o:p></o:p></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13834090020597963346noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4779016239253872763.post-80210422463210040512011-03-12T10:47:00.001+08:002011-03-12T10:47:11.597+08:00How does the Energy Is Produced<p>Have you ever fell tired? What did you think on that condition? It is caused by our energy decreased. Do you know how the energy produced does? The energy is the result of decomposition of food, such as carbohydrate, protein, and fat. Food will be processed on 3 kinds of process called glycolisis, Krebs’s cycle, and electron transfer. (Before we explain about it, we would like to take carbohydrate for sample)</p> <p>First, carbohydrate is damaged by our teeth and our enzyme. The enzyme not only destroys the form of carbohydrate, but also changes the chemical compound of carbohydrate to be simple such as glucose. After that, the carbohydrate is absorb into the intestine, and circularized by our blood.</p> <p>Secondly, after the glucose entered to the cell, the glycolysis process is start. Glycolysis is the <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Metabolic_pathway">metabolic pathway</a> that converts <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Glucose">glucose</a>, C<sub>6</sub>H<sub>12</sub>O<sub>6</sub>, into <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Pyruvate">pyruvate</a>, C<sub>3</sub>H<sub>6</sub>O<sub>3</sub><sup>-</sup>. The <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Thermodynamic_free_energy">free energy</a> released in this process is used to form the high energy compounds, ATP (<a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Adenosine_triphosphate">adenosine triphosphate</a>) and NADH (<a href="http://en.wikipedia.org/wiki/NADH">reduced nicotinamide adenine dinucleotide</a>). The sequence of glycolysis divided into 2 phase. They are preparatory phase and pay – off phase.</p> <p>In preparatory phase there are 5 steps and in the pay off phase there 5 steps too.</p> <p>Preparatory phase</p> <p>1. The first step in glycolysis is phosphorylation of glucose by a family of enzymes called <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Hexokinase">hexokinases</a> to form <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Glucose_6-phosphate">glucose 6-phosphate</a> (G6P). This reaction consumes ATP, but it acts to keep the glucose concentration low, promoting continuous transport of glucose into the cell through the plasma membrane transporters</p> <p>2. G6P is then rearranged into <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Fructose_6-phosphate">fructose 6-phosphate</a> (F6P) by <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Glucose_phosphate_isomerase">glucose phosphate isomerase</a>. <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Fructose">Fructose</a> can also enter the glycolytic pathway by phosphorylation at this point.The change in structure is an isomerization, in which the G6P has been converted to F6P. The reaction requires an enzyme, phosphohexose isomerase, to proceed. This reaction is freely reversible under normal cell conditions</p> <p>3. The energy expenditure of another ATP in this step is justified in 2 ways: The glycolytic process (up to this step) is now irreversible, and the energy supplied destabilizes the molecule. Because the reaction catalyzed by <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Phosphofructokinase_1">Phosphofructokinase 1</a> (PFK-1) is energetically very favorable, it is essentially irreversible, and a different pathway must be used to do the reverse conversion during <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Gluconeogenesis">gluconeogenesis</a></p> <p>4. Destabilizing the molecule in the previous reaction allows the hexose ring to be split by <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Aldolase_A">aldolase</a> into two triose sugars, <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Dihydroxyacetone_phosphate">dihydroxyacetone phosphate</a>, a ketone, and <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Glyceraldehyde_3-phosphate">glyceraldehyde 3-phosphate</a>, an aldehyde.</p> <p>5. <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Triosephosphate_isomerase">Triosephosphate isomerase</a> rapidly interconverts dihydroxyacetone phosphate with <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Glyceraldehyde_3-phosphate">glyceraldehyde 3-phosphate</a> (GADP) that proceeds further into glycolysis. This is advantageous, as it directs dihydroxyacetone phosphate down the same pathway as glyceraldehyde 3-phosphate, simplifying regulation.</p> <p>Pay – off Phase</p> <p>1. The triose sugars are <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Oxidised">dehydrogenated</a> and <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Inorganic_phosphate">inorganic phosphate</a> is added to them, forming <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/1,3-bisphosphoglycerate">1,3-bisphosphoglycerate</a>.The hydrogen is used to reduce two molecules of <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/NAD%2B">NAD<sup>+</sup></a>, a hydrogen carrier, to give NADH + H<sup>+</sup> for each triose. Hydrogen atom balance and charge balance are both maintained because the phosphate (P<sub>i</sub>) group actually exists in the form of a <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Phosphoric_acid#Orthophosphoric_acid_chemistry">hydrogen phosphate</a> anion (HPO<sub>4</sub><sup>2-</sup>)which issociates to contribute the extra H<sup>+</sup> ion and gives a net charge of -3 on both sides.</p> <p>2. This step is the enzymatic transfer of a phosphate group from <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/1,3-bisphosphoglycerate">1,3-bisphosphoglycerate</a> to ADP by <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Phosphoglycerate_kinase">phosphoglycerate kinase</a>, forming ATP and <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/3-phosphoglycerate">3-phosphoglycerate</a>. At this step, glycolysis has reached the break-even point: 2 molecules of ATP were consumed, and 2 new molecules have now been synthesized. This step, one of the two substrate-level phosphorylation steps, requires ADP; thus, when the cell has plenty of ATP (and little ADP), this reaction does not occur. Because ATP decays relatively quickly when it is not metabolized, this is an important regulatory point in the glycolytic pathway.</p> <p>3. <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Phosphoglycerate_mutase">Phosphoglycerate mutase</a> now forms <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/2-phosphoglycerate">2-phosphoglycerate</a>. Notice that this enzyme is a mutase and not an isomerase. Whereas an isomerase changes the oxidation state of the carbons of the compound, a mutase does not.</p> <p>4. <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Enolase">Enolase</a> next forms <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Phosphoenolpyruvate">phosphoenolpyruvate</a> from <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/2-phosphoglycerate">2-phosphoglycerate</a>.</p> <p>5. A final substrate-level phosphorylation now forms a molecule of pyruvate and a molecule of ATP by means of the enzyme <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Pyruvate_kinase">pyruvate kinase</a>. This serves as an additional regulatory step, similar to the phosphoglycerate kinase step.</p> <p>So, from this process our body gets 2 molecule of ATP and 2 molecule of NADH.</p> <p>Thirdly, the pyruvate acid (the simple form of glucose) entered into Krebs’s cycle.</p> <p>Krebs’s cycle is a series of <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Enzyme">enzyme</a>-catalysed <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Chemical_reaction">chemical reactions</a> of central importance in all living <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Cell_%28biology%29">cells</a> that use <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Oxygen">oxygen</a> as part of <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Cellular_respiration">cellular respiration</a>.</p> <ul> <li>The citric acid cycle begins with <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Acetyl-CoA">acetyl-CoA</a> transferring its two-carbon <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Acetyl">acetyl</a> group to the four-carbon acceptor compound (oxaloacetate) to form a six-carbon compound (citrate). </li> <li>The citrate then goes through a series of chemical transformations, losing two <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Carboxyl">carboxyl</a> groups as CO<sub>2</sub>. The carbons lost as CO<sub>2</sub> originate from what was oxaloacetate, not directly from acetyl-CoA. The carbons donated by acetyl-CoA become part of the oxaloacetate carbon backbone after the first turn of the citric acid cycle. Loss of the acetyl-CoA-donated carbons as CO<sub>2</sub> requires several turns of the citric acid cycle. However, because of the role of the citric acid cycle in anabolism, they may not be lost since many TCA cycle intermediates are also used as precursors for the biosynthesis of other molecules. </li> <li>Most of the energy made available by the oxidative steps of the cycle is transferred as energy-rich <a href="http://en.wikipedia.org/wiki/Electrons">electrons</a> to NAD<sup>+</sup>, forming NADH. For each acetyl group that enters the citric acid cycle, three molecules of NADH are produced. </li> <li>Electrons are also transferred to the electron acceptor Q, forming QH<sub>2</sub>. </li> <li>At the end of each cycle, the four-carbon oxaloacetate has been regenerated, and the cycle continues. </li> </ul> <p>From this process we get 2 molecule of ATP, 8 molecule of NADH and 2 molecule of FADH.</p> <p>Fourthly the NADH and FADH entered into electron transfer process. From this process we get 34 molecule of ATP.</p> <p>ATP is a chemical compound which as saver of high point of energy. So the form of our energy is ATP. </p> <p>Those all about the process of forming of energy, so keep our pattern eat.</p> <p>Thanks for your attention.<b></b></p> <p><b>Dari berbagai sumber</b></p> Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13834090020597963346noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4779016239253872763.post-16923134943572810112011-03-12T10:43:00.001+08:002011-03-12T10:43:36.546+08:00TENAGA EKSOGEN<p><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj7qO1qwWo0TVZKa-1IYrcF45EtZu1EClUxEZsUfSZ-NY4lQ6uLBhWZkYIdEfirnjGCxL33uIhmQDS1LxSNgmE3Z_eoUJJGUnbWl7lFb28fgBT385byMto6CrT7N_k0futCR7-8UJES-08/s1600-h/clip_image002%5B3%5D.gif"><img style="background-image: none; border-bottom: 0px; border-left: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; display: inline; border-top: 0px; border-right: 0px; padding-top: 0px" title="clip_image002" border="0" hspace="12" alt="clip_image002" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggsXJMc-vEQ6w6Hkx9QapwvPiBwC4Zz0pKG7j1-LRPaN1mkDP_TBCUVXavGIRP-qR9Wp6O0_ZqxmPrZ3MxtANI4X5Oj3OFr7ZAw1cT3rZghp4LuRIjCwM8Ywfg-xqXnubn4xKiGs_V0lw/?imgmax=800" width="240" height="47" /></a></p> <p><u></u></p> <p><u>Pertanyaan:</u></p> <ol> <li>Jelaskan Yang Dimaksud dengan Tenaga Eksogen dan Pengaruhnya terhadap permukaan bumi ?</li> </ol> <p><u></u></p> <p><u>Jawaban oleh:</u> Ika Anggreni Nor Isti dan I Gd Dodi Widnyana</p> <p>Bentuk bumi tidak dipengaruhi oleh tenaga yang berasal dari dalam bumi saja (tenaga endogen). Tenaga eksogen adalah tenaga yang berasal dari luar bumi bersifat merusak, meskipun akhirnya ada yang bersifat membangun bentukan bumi yang baru. Tenaga Eksogen berlawanan dengan tenaga endogen yang bersifat membangun permukaan bumi. Tenaga eksogen yang bekerja pada permukaan buni berasal dari atmosfer, hidrosfer, dan biosfer. Contoh: air, angin,organisme, sinar matahari, dan es.</p> <p>Pada proses pelapukan tenaga ksogen dapat menghancurkan batuan sekeras apapun tahap demi setahap, seperti haalnya pada pelapukan batuan metamorf, dan batuan beku. Contoh dari tenaga eksogen yang bersifat membangun adalah gumuk pasir yang terdapat di padang – padang pasir luas seperti Gurun Sahara. Tenaga eksogen terdiri atas pelapukan, erosi, sedimentasi, dan tanah bergerak (mass wasting).</p> <p><b>1. Pelapukan</b></p> <p>Pelapukan adalah proses penghancuran atau perusakan massa batuan kulit bumi antara lain karena pengaruh cuaca, air, angin , dan organisme atau perusakan kulit bumi berupa retak dan pecahnya batuan akibat pengaruh cuaca(suhu,curah hujan, kelembaban, dan angin), organisme, dan bahan kimia. Berdasarkan proses terjadinya, pelapukan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:</p> <p>Ø Pelapukan mekanis/fisis</p> <p>Pelapukan mekanik merupakan proses penghancuran batuan menjadi bagian – bagian yang lebih kecil. Pada proses pelapukan ini batuan berubah atau mengalami perubahan pada susunan fisisnya, baik bentuk atau ukurannya. Misalnya yang besar menjadi yang kecil, yang kecil menjadi halus. Akan tetapipada pelapukan ini tidak merubah susunan kimia batuan yang terlapuk.</p> <p>Pelapukan mekanik disebabkan anatra lain oleh faktor – faktor berikut ini:</p> <p>a) Adanya perbedaan suhu yang sangat besar antara siang dan malam hari.</p> <p>Suhu uadara yang sangat panas pada siang hari mengakibatkan batuan memuai, sedangkan suhu udara yang sangat dingin pada malam hari menyebabkan batuan mengerut. Jika proses tersebut berlangsung secara terus – menerus dalam waktu yang lama, batuan menjadi retak – retak hingga pecah menjadi butiran yang kecil lagi. Pelapukan karena faktor suhu ini pada umumnya terjadi di daerah beriklim kontinental atau daerah gurun.</p> <p>b) Pembekuan Air di dalam Celah – Celah Batuan.</p> <p>Volume air akan mengembang jika membeku menjadi kristal – kristal es. Oleh karena itu, air yang terjebak dalam batuan jika membeku mampu menekan batuan hingga pecah. Pelapukan jenis ini umumnya terjadi di daerah beriklim sedang, tetapi memiliki daya pembekuan yang sangat tinggi.</p> <p>c) Adanya Perubahan Air Garam Mejadi Kristal.</p> <p>Perubahan air menjadi kristal garam melalui penguapan dapat mengakibatkan garam melalui penguapan dapat mengakibatkan pelapukan batuan, terutama di daerah- daerah pantai. Hal itu karena sifat kristal garam yang sangat tajam hingga mampu merusak karang.</p> <p>Ø Pelapukan Kimia </p> <p>Pelapukan kimiawi merupakan proses penghancuran batuan yang disertai dengan perubahan batuan disertai dengan perubahan struktur kimianya. Pelapukan ini terjadi karena adanya pelarutan, terutama dilakukan oleh air hujan. Hal itu karena air hujan banyak mengandung CO<sub>2</sub> (zat asam arang) dan asam amoniak yang daya pelarutnya sangat sangat besar. Selain itu, suhu udara yang tinggi mempercepat proses pelapukan kimiawi tersebut. Pelapukan kimiawi terjadi pada daerah kapur(karst).</p> <p>Bentuk – bentuk hasil pelapukan kimiawi di daerah kapur antara lain berikut ini:</p> <p>a ) Dolina, yaitu lubang atau semacam sumur yang berbentuk corong. Lubang tersebut terbentuk oleh air hujan sehingga batuan kapur merlarut. Jika pengerjaan tersebut berlangsung terus – menerus, lubang tersebut dapat menjadi makin lebar.</p> <p>b ) Stalaktit, yaitu batuan panjang menyerupai paku yang menempel di langit – langit gua. Air dari permukaan tanah yang merembes ke dalam gua menetes secara lambat melalui langit – langit gua. Saat menetes terapat kalsium karbonat yang tertinggal sehingga terbentuklah stalaktit.</p> <p>c ) Stalakmit, yaitu batuan yang bentuk dan proses terjadinya sama dengan stalaktit. Hanya saja letak batuan ini di dasar gua. </p> <p>d ) Gua dan sungai bawah tanah, yaitu lubang yang terdapat di daerah kapur. Gua ini terjadi akibat pengerjaan terhadap retakan tanah secara terus – menerus hingga menghubungkan lubang – lubang tersebut pada akhirnya dapat membentuk sebuah sungai bawah tanah.</p> <p>Ø Pelapukan Organik</p> <p>Pelapukan organik merupakan proses penghancuran batuan oleh organisme, yaitu manusia, binatang, dan tumbuhan.</p> <p>a ) Manusia dapat mempercepat proses pelapukan melalui kegiatannya dalam mengelola lahan, misalnya penebangan pohon, penambangan, dll.</p> <p>b ) Binatang yang dapat mempercepat pelapukan antara lain cacing tanah.</p> <p>c ) Tumbuhan mempercepat pelapukan melalui perkembangan akarnya dan pelepasan zat asam oeh akar sehingga merusak batuan. Oleh karen itu, pelapukan oleh tumbuhan bersifat mekanik dan kimiawi.</p> <ol start="start"> <li><b>Erosi </b></li> </ol> <p>Erosi adalah proses pengikisan atau penghancuran batuan (datached) dan selanjutnya dipindahkan ke tempat lain oleh air, angin, dan tenaga gravitasi.</p> <p>1 ) Erosi oleh tenaga aliran air dapat kita lihat pada pembentukan sungai, ngarat, dan lembah. Pada erosi ini terjad pengikisan dan pelebaran dinding sepanjang daerah pengaliran. Kuat atau lemahnya erosi bergantung pada tenaga air dan daya tahan batuan yan dilaluinya. Sebagai contoh, jika kita perhatikan sebuah aliran sungai akan tampak perbedaan alirannya dari hulu, tengah,sampai hilir. Dimana pada bagian hulu arusnya lebih deras daripada arus pada bagian tengah, atau hilir. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kemiringan jalur aliran sungai tersebut.</p> <p>2 ) Erosi oleh tenaga air laut disebut abrasi atau erosi marine. Abrasi terjadi terhadap dinding pantai oleh hantaman gelombang dan ombak. Proses pengikisan berlangsung sangat cepat karena ombak membawa materi pasir dan kerikil yang dihantamkan ke dinding pantai. Abrasi ini pada akhirnya dapat mempengaruhi bentuk pantai dan dataran dekat pantai. Bentukan alam akibat abrasi antara lain:</p> <p>v Cliff adalah pantai yang berdinding curam hingga tegak (dinding terjal)</p> <p>v Dataran abrasi adalah hamparan wilayah yang datar agak miring ke arah laut akibat abrasi. Dataran abrasi ini dapat terlihat jelas pada saat pasang surut.</p> <p>v Relung, adalah cekungan – cekungan yang terdapat pada dinding cliff.</p> <p>3 ) Erosi Angin adalah proses pengikisan batuan atau tanah yang dilakukan oleh angin. Pengikisa yang dilakukan oleh hembusan angin ini disebut deflasi. Angin yang bertiup kencang membawa butiran krikil atau pasir dan berusaha mengikis setiap batuan yang dilewatinya. Pengikisan oleh angin dengan menggunakan kerikil dan pasir ini disebut korasi. Erosi angin ini umumnya terjadi di daerah gurun.</p> <p>Bentukan alam yang terjadi akibat deflasi dan korasi antara lain:</p> <p>v Batu jamur, terbentuk karena korasi, lebih kuat terjadi di bagian bawah daripada bagian atas dari sebuah batu. Hal itu karena di bagian bawah lebih banyak terdapt butiran pasir dan kerikil.</p> <p>v Numulit, terbentuk karena korasi lebih berpengaruh mengikis bagian yang lunak daripada bagian yang keras dari sebuah batuan.</p> <p>4 ) Erosi Gletser, terjadi karena pergerakan menurunnya lapisan es (salju) dari puncak bukit atau gunung ke daerah yang lebih rendah. Pergerakan menurunnya lapisan es tersebut disebabkan oleh adanya gaya gravitasi. Sementara itu, kecepatan menurunnya lapisan es dipengaruhi oleh kemiringan lereng. Erosi gletser sering disebut Erosi Glasial.</p> <p>Bentukan alam yang terjadi akibat erosi glasial adalah moraine.</p> <p>Bentukan alam lain yang disebabkan oleh erosi adalah:</p> <p>v Bukit Sisa</p> <p>Di daerah terentu terdapat bukit kecil yang terisolir di kelilingi oleh dataran rendah dengan sudut lereng terjal. Bukit tersebut terbentuk akibat pengikisan oleh tenaga air (erosi), secara terus – menerus. Bukit tersebut dinamakan Messa. Jikan lebih kecil lagi disebut Hodbag, dan yang terkecil disebut Bute.</p> <p>v Panaplain</p> <p>Merupakan dataran luas yang hampir rata sebagai akibat proses perombakan oleh tenaga erosi pada daerah pegunungan atau perbukitan. Puncak gunung yang lazimnya tinggi dan halus, jika terkikis hujan dan melapuk dalam waktu yang lama akhirnya menjadi kasar dan hampir datar. Walaupun begitu kadang kala masih tersisa bukit – bukit kecil yang disebut monadnock.</p> <p>v Canyon</p> <p>Merupakan lembah yang luas dan dalam sebagai akibat pengikisan oleh air dalam waktu yang lama.</p> <p>v Jembatan Alam (Natural Bridge)</p> <p>Terbentuk akibat pegikisan oleh tenaga air laut (abrasi). Pengikisan yang terus – menerus dalam waktu yang lama, meyebabkan batuan berlubang dengan menyisakan bagian atas hingga menyerupai jembatan.</p> <p>v Monumen Alam</p> <p>Tiang –tiang tinggi dari batu yang menjulang tinggi di daerah Amerika terbentuk dari pengikisan oleh tenaga angin (korosi). Tiang – tiang tinggi tersebut merupakan sisa pengikisan (Windgap). Terkadang hembusan angin juga disertai pasir menyebabkan tenaga pengikis semakin kuat.</p> <p><b>3. Sedimentasi</b></p> <p>Merupakan pengendapan material hasil erosi karena tenaga media pengangkutnya berkurang (menjadi lambat). Jenis – jenis sedimentasi antara lain:</p> <p><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLd3pvllEvaZhjYVy4_AKD0cCkeST8U1Hcx5wRY51eRD6-GvaCD7WvcL7KDCnXXzM7YqRXtkPhwTMbfDNmKVDt20b4YbCzSHaM1wYN5vlCVRd81y03c-RzC2GztOJytdilPf_Kyh3o104/s1600-h/clip_image001%5B19%5D.gif"><img style="background-image: none; border-bottom: 0px; border-left: 0px; margin: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; display: inline; border-top: 0px; border-right: 0px; padding-top: 0px" title="clip_image001" border="0" alt="clip_image001" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZ0vKZbdnYakb8qTy4ojNfAo9Ya43Rv4DiO9XAsEeqTYuhSoVgowbkfoCQOLJ21vKpLviblXgybAq9DurKpYecD0VW0Dj3rOpD4Zr4uEkRTSootvsUXN3_0Ja0xENMIfgoNcMEGSEm7XE/?imgmax=800" width="15" height="15" /></a> Sedimentasi Fluvial</p> <p>Yaitu proses pengendapan materi – materio yang diangkut oleh air sepanjang aliran sungai. Tempat pengendapannya antara lain di dasar sungai, danau, atau muara sungai.</p> <p><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLKkSs0VwW1OybYKj2RyvQEVYWromhlL56PKLFMZmVxGDcHB9YkQW79QXkg67o-HU8sZF7GNX7sSODYJR6RKfeKtlH7OFOWDLX6Ow8fmgfPfSWqNxcmF8OYWrnmjJzIU5iLZucb6XE1lo/s1600-h/clip_image001%5B1%5D%5B2%5D.gif"><img style="background-image: none; border-bottom: 0px; border-left: 0px; margin: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; display: inline; border-top: 0px; border-right: 0px; padding-top: 0px" title="clip_image001[1]" border="0" alt="clip_image001[1]" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGvlea-b8X9lase7wKseCy1a_2EX1_DRmAgje_nGml96DM8kBaq_eq7cmXYqDrRJXlhm76OKKJ6-0baeiI_OdBSEpJbQtQpoLqGIal1fI_zmSmqXmjS8HVMAlrD-PXq0XgbEvugZQSoWM/?imgmax=800" width="15" height="15" /></a> Sedimentasi Aelois</p> <p>Yaitu proses pengendapan materi – materi yang dibawa atau diangkut oleh angin. Bentukan alam hasil pengendapan angin antara lain gumuk pasir (sand dunes), merupakan gundukan – gundukan pasir yang terdapat di daerah pantai atau gurun. Gumuk pasir dapat dijumpai daerah pantai Parangtritis,Jogjakarta.</p> <p><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAbbvm_riPfcKQjfvYkQeNqHtcFrAHNlsQnieVYESuqeRYiPI00c1Sm1vx-9dEm2U17eOVIJCe9ly6zEwpvbZbcw7OlC0VNn1F9pGCYWjvMuneQC1x63c5BEdSlznAU3v8eIrNZjuwJLo/s1600-h/clip_image001%5B2%5D%5B2%5D.gif"><img style="background-image: none; border-bottom: 0px; border-left: 0px; margin: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; display: inline; border-top: 0px; border-right: 0px; padding-top: 0px" title="clip_image001[2]" border="0" alt="clip_image001[2]" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYxAZ9Mu3RkS7Jc-NWtC7jcNKN4AtQY4EPSA_MrYpGE8wzoS643wozdX8pgoz0HUN9-7Elngf4QCqc60-v6PHjzmQvy_zs5bksZgm3WEgTt3HcTIG1w3QJpf1ySmFlAAkJ0iXQSo3SmN0/?imgmax=800" width="15" height="15" /></a> Sedimentasi Marine</p> <p>Yaitu proses pengendapan materi hasil abrasi di sepanjang pantai.</p> <p>Hasil proses Sedimentasi antara lain:</p> <p>¯ Dataran Banjir</p> <p>Merupakan dataran rendah yang terdapat di kiri kanan sungai. Dataran banjir terbentuk oleh material hasil pengendapan pada saat banjir. Pada waktu banjir mereda arus sungai melemah material yang terangkut sungai mengendap termasuk yang terdapat di kiri kanan sungai.</p> <p>¯ Kipas Aluvial</p> <p>Terbentuk di kaki gunung. Kipas aluvial terbentuk dari proses pengendapan material – material yang terkikis di bagian lereng. Di kaki lereng terjadi perubahan kemiringan dari pegunungan ke dataran, sehingga arus sungai melemah dan akhirnya material hasil erosi terendapkan.</p> <p>¯ Tanggul Alam</p> <p>Terbentuk dari pengendapan material – material sungai di saat banjir. Pada saat air meluap ke kanan kiri sungai , material tanah yaitu pasir dan kerikil ikut terangkut aliran air sungai dan diendapkan di kanan kiri sungai ketika banjir mereda. Pengendapan terjadi terus – menerus sehingga lama – kelamaan semakin tinggi menyerupai tanggul.</p> <p>¯ Delta</p> <p>Terbentuk dari pengendapan material yang diangkut sungai di daerah muara. Di saat aliran sungai mendekati laut tenaga alirannya melemah karena pengaruh air laut yang menuju daratan. Akibatnya material yang dibawa sungai mengendap di lokasi ini dan membentuk delta. </p> <p>¯ Tombolo </p> <p>Terbentuk dari endapan pasir dan kerikil hasil pengendapan arus yang menghubungkan pulau kecil dengan daratan yang lebih luas. Contohnya di Jimbaran (Bali) dan Pangandaran ( Jawa Barat).</p> <p>¯ Spit </p> <p>Terbentuk dari hasil pengendapan material pasir dan kerikil di pantai yan berdekatan dengan teluk, dan dipengaruhi oleh arus laut yang sejajar dengan garis pantai.</p> <p>¯ Gosong Sungai</p> <p>Terbentuk akibat arus sungai yang lemah pada bagian tertentu dari sungai, sehingga menyebabkan terendapnya material pasir dan kerikil yang diangkut arus sungai. </p> <p><b>4. Tanah Bergerak (Mass Wasting)</b></p> <p>Kita sering mendengar peristiwa tanah longsor, baik berupa tanah maupun bersama dengan vegetasi dan batuan yang ada. Tanah terssebut dapat longsor karena adanya gaya berat atau pengaruh gravitasi bumi. Perpindahan masa tanah dan batuan karena gaya berat disebut tanah bergerak/mass wasting/ massa movement. Gerakan tanah dapat terjadi apabila gaya – gaya yang menahan masa tanah di lereng lebih kecil dari pada gaya yang mendorong atau meluncurkan tanah sepanjang lereng. Gaya yang menahan masa tanah disepanjang lereng. Dipengaruhi kedudukan muka air tanah, daya ikat tanah, dan sudut dalam tahanan geser tanah yang berkerja di sepanjang bidang luncuran. Gaya pendorong tersebut dipengaruhi diantaranya oleh kandungan air, beban bangunan dan berat massa tanah. Faktor utama penyebab gerakan tanah adalah..... <table border="1" cellspacing="0" cellpadding="0"><tbody> <tr> <td width="239"> <p><b>Faktor Penyebab</b></p> </td> <td width="365"> <p><b>Mekanisme Utama</b></p> </td> </tr> <tr> <td width="239"> <p>Hilangnya penahan material</p> </td> <td width="365"> <p>a. Akibat erosi</p> <p>b. Pelapukan</p> <p>c. Kemiringan lereng bertambah oleh gerakan tanah.</p> </td> </tr> <tr> <td width="239"> <p>Kelebihan beban tanah</p> </td> <td width="365"> <p>a. Air hujan yang meresap pada tanah.</p> <p>b. Penimbunan bangunan.</p> <p>c. Adanya genangan di lereng bagian atas</p> </td> </tr> <tr> <td width="239"> <p>Getaran </p> </td> <td width="365"> <p>a. Gempa Bumi</p> <p>b. Getaran karena ulah manusia.</p> </td> </tr> <tr> <td width="239"> <p>Tekanan lateral</p> </td> <td width="365"> <p>a. Pengisan air di pori- pori antar butir tanah.</p> <p>b. Pengembangan tanah</p> </td> </tr> </tbody></table> </p> <p>Bentuk – bentuk massa wasting gerakan tanah mempunyai kecepatan yang beragam. Hal itu di sebabkan oleh berbagai faktor antara lain, kemiringan lereng dan material yang bergerak. Kecepatan pergerakan tanah berpengaruh terhadap massa wasting antara lain:</p> <ul> <li>Rayapan Tanah (Soil Crop), merupakan gerakan tanah yang sangat lambat pada lereng yang landai.</li> <li>Soli Fluction adalah pecahan batuan jenuh air yang mengalir pelan – pelan menuruni lereng.</li> <li>Tanah Mengalir (Earth Flow) merupakan gerakan tanah yang jenuh air bercampur dengan liat atau debu yang menuruni lereng yang landai.</li> <li>Tanah Longsor ( Land Slide), merupakan gerakan secara cepat material campuran yang kering menuruni lereng, umumnya berupa tanah. Meskipun bergerak cepat, tetapi ,masih dapat terlihat oleh mata</li> <li>Tanah Amblas (subsidence), merupakan gerakan tanah ke arah vertikal yang terjadi secara lambat. </li> </ul> <p>Gerakan tanah dikatan longsoran apabila material longsoran bergerak lamban. Beberapa jenis longsoran di antaranya berupa nendatan yang diikuti rekahan , belahan, apabila gerakannya sangat lamban disebut rayapan. Jenis longsoran ini terjadi di Cianjur Selatan, Sumedang, serta Banjar Negara.</p> <p>Penyebab longsor:</p> <p>Gerakan tanah disebut runtuhan apabila material berupa batu runtuh dari tebing. Runtuhan terjadi pada penggalian batu, tebing pantai yang curam atau tebing jalan. Longsor dapat terjadi jika dipenuhi tiga keadaan yaitu,</p> <ol> <li>Lereng yang cukup curam sehingga volume tanah dapat bergerak atau meluncur ke bawah.</li> <li>Terdapat lapisa di bawah permukaan tanah yang agak kedap air dan lunak, yang akan merupakan bidang luncur.</li> <li>Terdapat cukup air di dalam tanah sehingga lapisan tanah di atas lapisan kedap air tadi menjadi runtuh.</li> </ol> <p>Bahaya lingkungan terutama longsor disebabkan karena jalur patahan gempa membuat batuan kurang kurang kuat dan membentuk lereng terjal serta struktur batuan tidak masif. Selain karena faktor lereng, longsoran dapat terjadi karena kondisi tanah, curah hujan, topografi, dan vegetasi. Kondisi seperti itu akan semakin buruk jika curah hujan mencapai 250 – 600mm/tahun terutama di pulau Jawa. </p> <p>Tanah longsor juga diakibatkan oleh prilaku warga yang memicu terjadinya longsoran, seperti memotong dan mengupas lereng untuk pengembangan bangunan, pemukiman, penggundulan hutan, pencetakan sawah di lereng terjal dan mendirikan rumah yang berdekatan dengan tebing terjal.</p> <p>Bencana longsor selain dapat mengakibatkan kerugian ekonomi seperti rusaknya insfrastruktur di bagian rumah, dan kerugian ekonomi lain seperti terputusnya sarana transportasi, juga paling memilukan adalah besarnya dampak sosial yang terjadi seperti korban jiwa dan luka- luka belum lagi kehilangan harta benda. Rusaknya sarana jalan dan jembatan yang ada menyebabkan usia jalan dan jembatan menjadi relatif pendek disamping mempersulit upaya penanganan dan perbaikannya. Mobilisasi peralatan guna penanganan, perbaikan maupun pemeliharaan menjadi semakin sulit dan mahal.</p> <p><u>Pertanyaan</u></p> <p><u>2. Uraikan yang dimaksud dengan pelapukan mekanis dan sebutkan faktor – faktor yang mempengaruhinya!</u></p> <p><u>Jawaban oleh: </u>Ni Km Sri Adnyani</p> <p>Anda pasti pernah melihat sebuah batu yang ditumbuhi lumut. Lama – kelamaan batu tersebut akan hancur menjadi tanah. Hal tersebutlah yang dinamakan dengan pelapukan. Jadi pelapukan adalah proses penghancuran atau perusakan massa batuan kulit bumi antara lain karena pengaruh cuaca, air, angin , dan organisme atau perusakan kulit bumi berupa retak dan pecahnya batuan akibat pengaruh cuaca (suhu,curah hujan, kelembaban, dan angin), organisme, dan bahan kimia. </p> <p>Berdasarkan proses terjadinya, pelapukan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:</p> <p>Ø <i>Pelapukan mekanis/fisis</i></p> <p><i>Pelapukan mekanik merupakan proses penghancuran batuan menjadi bagian – bagian yang lebih kecil. Pada proses pelapukan ini batuan berubah atau mengalami perubahan pada susunan fisisnya, baik bentuk atau ukurannya. Misalnya yang besar menjadi yang kecil, yang kecil menjadi halus. Akan tetapipada pelapukan ini tidak merubah susunan kimia batuan yang terlapuk.</i></p> <p><i>Pelapukan mekanik disebabkan anatra lain oleh faktor – faktor berikut ini:</i></p> <p><i>b) </i><i>Adanya perbedaan suhu yang sangat besar antara siang dan malam hari.</i></p> <p><i>Suhu uadara yang sangat panas pada siang hari mengakibatkan batuan memuai, sedangkan suhu udara yang sangat dingin pada malam hari menyebabkan batuan mengerut. Jika proses tersebut berlangsung secara terus – menerus dalam waktu yang lama, batuan menjadi retak – retak hingga pecah menjadi butiran yang kecil lagi. Pelapukan karena faktor suhu ini pada umumnya terjadi di daerah beriklim kontinental atau daerah gurun.</i></p> <p><i>b) Pembekuan Air di dalam Celah – Celah Batuan.</i></p> <p><i>Volume air akan mengembang jika membeku menjadi kristal – kristal es. Oleh karena itu, air yang terjebak dalam batuan jika membeku mampu menekan batuan hingga pecah. Pelapukan jenis ini umumnya terjadi di daerah beriklim sedang, tetapi memiliki daya pembekuan yang sangat tinggi.</i></p> <p><i>c) Adanya Perubahan Air Garam Mejadi Kristal.</i></p> <p><i>Perubahan air menjadi kristal garam melalui penguapan dapat mengakibatkan garam melalui penguapan dapat mengakibatkan pelapukan batuan, terutama di daerah- daerah pantai. Hal itu karena sifat kristal garam yang sangat tajam hingga mampu merusak karang.</i></p> <p>Ø Pelapukan Kimia </p> <p>Pelapukan kimiawi merupakan proses penghancuran batuan yang disertai dengan perubahan batuan disertai dengan perubahan struktur kimianya. Pelapukan ini terjadi karena adanya pelarutan, terutama dilakukan oleh air hujan. Hal itu karena air hujan banyak mengandung CO<sub>2</sub> (zat asam arang) dan asam amoniak yang daya pelarutnya sangat sangat besar. Selain itu, suhu udara yang tinggi mempercepat proses pelapukan kimiawi tersebut. Pelapukan kimiawi terjadi pada daerah kapur(karst).</p> <p>Bentuk – bentuk hasil pelapukan kimiawi di daerah kapur antara lain berikut ini:</p> <p>a ) Dolina, yaitu lubang atau semacam sumur yang berbentuk corong. Lubang tersebut terbentuk oleh air hujan sehingga batuan kapur merlarut. Jika pengerjaan tersebut berlangsung terus – menerus, lubang tersebut dapat menjadi makin lebar.</p> <p>b ) Stalaktit, yaitu batuan panjang menyerupai paku yang menempel di langit – langit gua. Air dari permukaan tanah yang merembes ke dalam gua menetes secara lambat melalui langit – langit gua. Saat menetes terapat kalsium karbonat yang tertinggal sehingga terbentuklah stalaktit.</p> <p>c ) Stalakmit, yaitu batuan yang bentuk dan proses terjadinya sama dengan stalaktit. Hanya saja letak batuan ini di dasar gua. </p> <p>d ) Gua dan sungai bawah tanah, yaitu lubang yang terdapat di daerah kapur. Gua ini terjadi akibat pengerjaan terhadap retakan tanah secara terus – menerus hingga menghubungkan lubang – lubang tersebut pada akhirnya dapat membentuk sebuah sungai bawah tanah.</p> <p>Ø Pelapukan Organik</p> <p>Pelapukan organik merupakan proses penghancuran batuan oleh organisme, yaitu manusia, binatang, dan tumbuhan.</p> <p>a ) Manusia dapat mempercepat proses pelapukan melalui kegiatannya dalam mengelola lahan, misalnya penebangan pohon, penambangan, dll.</p> <p>b ) Binatang yang dapat mempercepat pelapukan antara lain cacing tanah.</p> <p>c ) Tumbuhan mempercepat pelapukan melalui perkembangan akarnya dan pelepasan zat asam oeh akar sehingga merusak batuan. Oleh karen itu, pelapukan oleh tumbuhan bersifat mekanik dan kimiawi.</p> <p><u>Pertanyaan:</u></p> <p><u>3. Jelaskan Proses Terbentuknya tanggul alam!</u></p> <p><u>Jawaban oleh</u> : Ni Pt Juniani</p> <p><i>Jika anda pernah menonton berita terutamanya tentang banjir anda pasti melihat, endapan – endapan yang berada di bibir sungai. Hal tersebutlah yang dinamakan dengan tanggul alam jadi tanggul alam merupakan terbentuk dari pengendapan material – material sungai di saat banjir. Pada saat air meluap ke kanan kiri sungai , material tanah yaitu pasir dan kerikil ikut terangkut aliran air sungai dan diendapkan di kanan kiri sungai ketika banjir mereda. Pengendapan terjadi terus – menerus sehingga lama – kelamaan semakin tinggi menyerupai tanggul. Selain tanggul alam terdapat juga bentukan – bentukan alam lainnya sselain tanggul alam yaitu</i>:</p> <p>¯ Dataran Banjir</p> <p>Merupakan dataran rendah yang terdapat di kiri kanan sungai. Dataran banjir terbentuk oleh material hasil pengendapan pada saat banjir. Pada waktu banjir mereda arus sungai melemah material yang terangkut sungai mengendap termasuk yang terdapat di kiri kanan sungai.</p> <p>¯ Kipas Aluvial</p> <p>Terbentuk di kaki gunung. Kipas aluvial terbentuk dari proses pengendapan material – material yang terkikis di bagian lereng. Di kaki lereng terjadi perubahan kemiringan dari pegunungan ke dataran, sehingga arus sungai melemah dan akhirnya material hasil erosi terendapkan.</p> <p>¯ Delta</p> <p>Terbentuk dari pengendapan material yang diangkut sungai di daerah muara. Di saat aliran sungai mendekati laut tenaga alirannya melemah karena pengaruh air laut yang menuju daratan. Akibatnya material yang dibawa sungai mengendap di lokasi ini dan membentuk delta. </p> <p>¯ Tombolo </p> <p>Terbentuk dari endapan pasir dan kerikil hasil pengendapan arus yang menghubungkan pulau kecil dengan daratan yang lebih luas. Contohnya di Jimbaran (Bali) dan Pangandaran ( Jawa Barat).</p> <p>¯ Spit </p> <p>Terbentuk dari hasil pengendapan material pasir dan kerikil di pantai yan berdekatan dengan teluk, dan dipengaruhi oleh arus laut yang sejajar dengan garis pantai.</p> <p>¯ Gosong Sungai</p> <p>Terbentuk akibat arus sungai yang lemah pada bagian tertentu dari sungai, sehingga menyebabkan terendapnya material pasir dan kerikil yang diangkut arus sungai.</p> <p><u>Pertanyaan : </u></p> <p><u>4. Sebutkan Bentuk Kenampakan Muka Bumi Akibat proses Sedimentasi!</u></p> <p><u>Jawaban Oleh :</u> Ni Pt Dewi Suratni Putri</p> <p>Sebelum saya menjawab pertanyaan tersebut saya akan mengulas tentang Sedimentasi. Sedimentasi merupakan pengendapan material hasil erosi karena tenaga media pengangkutnya berkurang (menjadi lambat). Jenis – jenis sedimentasi antara lain:</p> <p><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjoZhaFSTdHlWkiti30FbEsZKSNjiQHSjmWsVGm6KdvhB2rG1au6cQ3_wo3r0vlIU5o9-fiqThlamP2kjLDi-yJcMmHrauvLU7uVNJ2F4I4dMe9FaMqqpEW-FH3fYICq0xENvqn5pBDGc0/s1600-h/clip_image001%5B3%5D%5B2%5D.gif"><img style="background-image: none; border-bottom: 0px; border-left: 0px; margin: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; display: inline; border-top: 0px; border-right: 0px; padding-top: 0px" title="clip_image001[3]" border="0" alt="clip_image001[3]" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhIUYvnFWCFlpaN01oRDyXtYYW9DYIKPHLODid4khxF27CBQx_XjSOmuNQc_Nz5jkolkUp1BrgdRNyQZ9Y2e-COLxivVIch-K9lWm7GhQsBJb4xXfCC7VygFY-JBGgmiQArAZTfhBUM9v4/?imgmax=800" width="15" height="15" /></a> Sedimentasi Fluvial</p> <p>Yaitu proses pengendapan materi – materio yang diangkut oleh air sepanjang aliran sungai. Tempat pengendapannya antara lain di dasar sungai, danau, atau muara sungai.</p> <p><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgzYPOgKbF9yf-cDNdrrWYOBfsIqNSKAeUk6lvlPO8CH4f4jUcJg-T1UZ9pGRClU2DHx9c2txvfg4LxiKdGk63vdhI-cPEfTTlQnEY4VdNtEP33saLME0dveO4xbDOQ5cxio0JN-9CfS6I/s1600-h/clip_image001%5B4%5D%5B2%5D.gif"><img style="background-image: none; border-bottom: 0px; border-left: 0px; margin: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; display: inline; border-top: 0px; border-right: 0px; padding-top: 0px" title="clip_image001[4]" border="0" alt="clip_image001[4]" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZYdasdOTGk80V7zeya2zSWIAxewMzgY6y4r14fpHh3Y2EbU9gu9Q9FPPm34auu4fiAERnPU87r3wiEp-eGCNkGUJXVxTBFFGvejxQ2WgNizy-UbS9cGrfCkw83z8qcEITVuYPO2lOVwU/?imgmax=800" width="15" height="15" /></a> Sedimentasi Aelois</p> <p>Yaitu proses pengendapan materi – materi yang dibawa atau diangkut oleh angin. Bentukan alam hasil pengendapan angin antara lain gumuk pasir (sand dunes), merupakan gundukan – gundukan pasir yang terdapat di daerah pantai atau gurun. Gumuk pasir dapat dijumpai daerah pantai Parangtritis,Jogjakarta.</p> <p><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglnvWi_lhtDrxZa5KAsDiASdAPMFsjLizefMZNoHS8wCAAz2NP7Yh-qQ8m7WSqHcB2wZP9kL33CZlV-04bZCdqsdkrEMXxONRARAVxxQ31WUesrtSTQCM8MCHcvJ_dajg5nYJc3LVuZRs/s1600-h/clip_image001%5B5%5D%5B2%5D.gif"><img style="background-image: none; border-bottom: 0px; border-left: 0px; margin: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; display: inline; border-top: 0px; border-right: 0px; padding-top: 0px" title="clip_image001[5]" border="0" alt="clip_image001[5]" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcTvEeaz0WovIa11ZWRJ4wZ5jWuFwQvpj4wZ1AyV9LhWqaz96Xze6YUKiDWYHlXhnSQ8e48iAhgzNr9uMQV33VKh4O6t4UhDwoVFqWXyRu4EoF25uVVZJ_I85LXZvrs5TzYGRQCSlOHhw/?imgmax=800" width="15" height="15" /></a> Sedimentasi Marine</p> <p>Yaitu proses pengendapan materi hasil abrasi di sepanjang pantai.</p> <p><i>Hasil proses Sedimentasi antara lain:</i></p> <p>¯ <i>Dataran Banjir</i></p> <p><i>Merupakan dataran rendah yang terdapat di kiri kanan sungai. Dataran banjir terbentuk oleh material hasil pengendapan pada saat banjir. Pada waktu banjir mereda arus sungai melemah material yang terangkut sungai mengendap termasuk yang terdapat di kiri kanan sungai.</i></p> <p>¯ <i>Kipas Aluvial</i></p> <p><i>Terbentuk di kaki gunung. Kipas aluvial terbentuk dari proses pengendapan material – material yang terkikis di bagian lereng. Di kaki lereng terjadi perubahan kemiringan dari pegunungan ke dataran, sehingga arus sungai melemah dan akhirnya material hasil erosi terendapkan.</i></p> <p>¯ <i>Tanggul Alam</i></p> <p><i>Terbentuk dari pengendapan material – material sungai di saat banjir. Pada saat air meluap ke kanan kiri sungai , material tanah yaitu pasir dan kerikil ikut terangkut aliran air sungai dan diendapkan di kanan kiri sungai ketika banjir mereda. Pengendapan terjadi terus – menerus sehingga lama – kelamaan semakin tinggi menyerupai tanggul.</i></p> <p>¯ <i>Delta</i></p> <p><i>Terbentuk dari pengendapan material yang diangkut sungai di daerah muara. Di saat aliran sungai mendekati laut tenaga alirannya melemah karena pengaruh air laut yang menuju daratan. Akibatnya material yang dibawa sungai mengendap di lokasi ini dan membentuk delta. </i></p> <p>¯ <i>Tombolo </i></p> <p><i>Terbentuk dari endapan pasir dan kerikil hasil pengendapan arus yang menghubungkan pulau kecil dengan daratan yang lebih luas. Contohnya di Jimbaran (Bali) dan Pangandaran ( Jawa Barat).</i></p> <p>¯ <i>Spit </i></p> <p><i>Terbentuk dari hasil pengendapan material pasir dan kerikil di pantai yan berdekatan dengan teluk, dan dipengaruhi oleh arus laut yang sejajar dengan garis pantai.</i></p> <p>¯ <i>Gosong Sungai</i></p> <p><i>Terbentuk akibat arus sungai yang lemah pada bagian tertentu dari sungai, sehingga menyebabkan terendapnya material pasir dan kerikil yang diangkut arus sungai. </i></p> <p><u></u></p> <p><u>Pertanyaan :</u></p> <p><u>5. Jelaskan yang dimaksud dengan sedimentasi aeolis dan sebutkan contohnya!</u></p> <p><u>Jawaban Oleh: I Gd Eddy Pramana A.</u></p> <p>Sedimentasi merupakan pengendapan material hasil erosi karena tenaga media pengangkutnya berkurang (menjadi lambat). Jadi sebelum saya akan menjelaskan tentang sedimentasi, terlebih dahulu saya akan menjelaskan tentang Erosi. Jika anda pernah melintas di pantai Candidasa, anda akan melihat air laut dari hari ke hari semakin mendekat ke badan jalan. Hal tersebut terjadi karena pengikisan terus menerus terhadap pantai Candidasa. Tidak hanya di pantai jika anda melihat di bukit – bukit di Pancasari Buleleng, ketinggiannya semakin berkurang dari tahun ke tahun hal itu juga di sebabkan pengikisan oleh air hujan. Jadi kesimpulannya Erosi adalah proses pengikisan atau penghancuran batuan (datached) dan selanjutnya dipindahkan ke tempat lain oleh air, angin, dan tenaga gravitasi. Jenis – jenis erosi:</p> <p>1 ) Erosi oleh tenaga aliran air dapat kita lihat pada pembentukan sungai, ngarat, dan lembah. Pada erosi ini terjad pengikisan dan pelebaran dinding sepanjang daerah pengaliran. Kuat atau lemahnya erosi bergantung pada tenaga air dan daya tahan batuan yan dilaluinya. Sebagai contoh, jika kita perhatikan sebuah aliran sungai akan tampak perbedaan alirannya dari hulu, tengah,sampai hilir. Dimana pada bagian hulu arusnya lebih deras daripada arus pada bagian tengah, atau hilir. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kemiringan jalur aliran sungai tersebut.</p> <p>2 ) Erosi oleh tenaga air laut disebut abrasi atau erosi marine. Abrasi terjadi terhadap dinding pantai oleh hantaman gelombang dan ombak. Proses pengikisan berlangsung sangat cepat karena ombak membawa materi pasir dan kerikil yang dihantamkan ke dinding pantai. Abrasi ini pada akhirnya dapat mempengaruhi bentuk pantai dan dataran dekat pantai. Bentukan alam akibat abrasi antara lain:</p> <p>v Cliff adalah pantai yang berdinding curam hingga tegak (dinding terjal)</p> <p>v Dataran abrasi adalah hamparan wilayah yang datar agak miring ke arah laut akibat abrasi. Dataran abrasi ini dapat terlihat jelas pada saat pasang surut.</p> <p>v Relung, adalah cekungan – cekungan yang terdapat pada dinding cliff.</p> <p>3 ) Erosi Angin adalah proses pengikisan batuan atau tanah yang dilakukan oleh angin. Pengikisa yang dilakukan oleh hembusan angin ini disebut deflasi. Angin yang bertiup kencang membawa butiran krikil atau pasir dan berusaha mengikis setiap batuan yang dilewatinya. Pengikisan oleh angin dengan menggunakan kerikil dan pasir ini disebut korasi. Erosi angin ini umumnya terjadi di daerah gurun.</p> <p>Bentukan alam yang terjadi akibat deflasi dan korasi antara lain:</p> <p>v Batu jamur, terbentuk karena korasi, lebih kuat terjadi di bagian bawah daripada bagian atas dari sebuah batu. Hal itu karena di bagian bawah lebih banyak terdapt butiran pasir dan kerikil.</p> <p>v Numulit, terbentuk karena korasi lebih berpengaruh mengikis bagian yang lunak daripada bagian yang keras dari sebuah batuan.</p> <p>4 ) Erosi Gletser, terjadi karena pergerakan menurunnya lapisan es (salju) dari puncak bukit atau gunung ke daerah yang lebih rendah. Pergerakan menurunnya lapisan es tersebut disebabkan oleh adanya gaya gravitasi. Sementara itu, kecepatan menurunnya lapisan es dipengaruhi oleh kemiringan lereng. Erosi gletser sering disebut Erosi Glasial.</p> <p>Bentukan alam yang terjadi akibat erosi glasial adalah moraine.</p> <p>Bentukan alam lain yang disebabkan oleh erosi adalah:</p> <p>v Bukit Sisa</p> <p>Di daerah terentu terdapat bukit kecil yang terisolir di kelilingi oleh dataran rendah dengan sudut lereng terjal. Bukit tersebut terbentuk akibat pengikisan oleh tenaga air (erosi), secara terus – menerus. Bukit tersebut dinamakan Messa. Jikan lebih kecil lagi disebut Hodbag, dan yang terkecil disebut Bute.</p> <p>v Panaplain</p> <p>Merupakan dataran luas yang hampir rata sebagai akibat proses perombakan oleh tenaga erosi pada daerah pegunungan atau perbukitan. Puncak gunung yang lazimnya tinggi dan halus, jika terkikis hujan dan melapuk dalam waktu yang lama akhirnya menjadi kasar dan hampir datar. Walaupun begitu kadang kala masih tersisa bukit – bukit kecil yang disebut monadnock.</p> <p>v Canyon</p> <p>Merupakan lembah yang luas dan dalam sebagai akibat pengikisan oleh air dalam waktu yang lama.</p> <p>v Jembatan Alam (Natural Bridge)</p> <p>Terbentuk akibat pegikisan oleh tenaga air laut (abrasi). Pengikisan yang terus – menerus dalam waktu yang lama, meyebabkan batuan berlubang dengan menyisakan bagian atas hingga menyerupai jembatan.</p> <p>v Monumen Alam</p> <p>Tiang –tiang tinggi dari batu yang menjulang tinggi di daerah Amerika terbentuk dari pengikisan oleh tenaga angin (korosi). Tiang – tiang tinggi tersebut merupakan sisa pengikisan (Windgap). Terkadang hembusan angin juga disertai pasir menyebabkan tenaga pengikis semakin kuat. </p> <p>Berikut contoh – contoh gambar tentang erosi</p> <p>Kembali ke sedimentasi, Sedimentasi merupakan pengendapan material hasil erosi karena tenaga media pengangkutnya berkurang (menjadi lambat). Jenis – jenis sedimentasi antara lain:</p> <p><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYJ3b6MPPiAm_vQp1kOkquHrHx_OC2ZgY6SxARKgYeuSB9XDrCmRh5nWxEAYuFZjUYW30lOKEYgvgnE621EEFcxfD0DG1exFfgXi4Hb6Ws65i8xK8j8nakt-tbtjfNRmoc1Yway6BDs64/s1600-h/clip_image001%5B6%5D%5B2%5D.gif"><img style="background-image: none; border-bottom: 0px; border-left: 0px; margin: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; display: inline; border-top: 0px; border-right: 0px; padding-top: 0px" title="clip_image001[6]" border="0" alt="clip_image001[6]" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgeVLznBgUImtYZNUBtn-si_NTxnIIyD9U_DDJ4U1_HyDaHH2PufU1BAdXppKz9qnU0aZ32KXSFvjShL3fU5kxPDhyphenhyphenrYqodWBU2eGUu0ipG_cJvqcSe0xK683g_vjOtvgBDXF5j1RRqNX8/?imgmax=800" width="15" height="15" /></a> Sedimentasi Fluvial</p> <p>Yaitu proses pengendapan materi – materio yang diangkut oleh air sepanjang aliran sungai. Tempat pengendapannya antara lain di dasar sungai, danau, atau muara sungai.</p> <p><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBmBrzc4nUacwF9EJ0z3qKC0aWLecZXmFb4CHoaxl36g5iO0pnRruHG4VtDHd1j7U2RiYha4Cyes2qAEA6HjDFqQ101pAp6xki_Nd_XfCmbCQ7HTpk_WB-oiFg1YUi90OOfd7rzQjHoAs/s1600-h/clip_image001%5B7%5D%5B2%5D.gif"><img style="background-image: none; border-bottom: 0px; border-left: 0px; margin: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; display: inline; border-top: 0px; border-right: 0px; padding-top: 0px" title="clip_image001[7]" border="0" alt="clip_image001[7]" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBJ1m_BCFheegEZ1hjOJt1TILqpCO8uAlrN5k8yiGig2vl3mWOVuCSFpFSXOzqWMBODZ9bnvQpNt76lQAyKT7wlMGTBIb_zPmEqxUpHH2jE1XCJL2sPLk0SbdC8Z2Uk9jH1iDIeck53_M/?imgmax=800" width="15" height="15" /></a> <i>Sedimentasi Aelois</i></p> <p><i>Yaitu proses pengendapan materi – materi yang dibawa atau diangkut oleh angin. Bentukan alam hasil pengendapan angin antara lain gumuk pasir (sand dunes), merupakan gundukan – gundukan pasir yang terdapat di daerah pantai atau gurun. Gumuk pasir dapat dijumpai daerah pantai Parangtritis,Jogjakarta, dan juga dapat terjadi di gurun – gurun besar seperti Gurun Sahara</i>.</p> <p><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkYTmHW2XQjH1ODbSGFOolLbRuUNn9yLgR_IgN9_cwJfWVwy7hiJ_juo_Lh49puNKgIqx5Vl25Jo7WdZzNmkIRgHnszTK5IMmfi0z0UBtztUQHlu-804O04hc1pRYqwQPg2oOyRb-qgsc/s1600-h/clip_image001%5B8%5D%5B2%5D.gif"><img style="background-image: none; border-bottom: 0px; border-left: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; display: inline; border-top: 0px; border-right: 0px; padding-top: 0px" title="clip_image001[8]" border="0" alt="clip_image001[8]" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDkNqMA5IEu5UYe-cZ9hNStav8AfOgTapRx1Jz4dG9A-MG_Cj4gzsrENtd3eOrWssF4NB_gjisdK7JmeLeuA7sCMMVwHOfDUw3CeBHzUCtEiXYP6Y3np7TFZZAjj8rNlFPpg7YWo03pao/?imgmax=800" width="15" height="15" /></a> Sedimentasi Marine</p> <p>Yaitu proses pengendapan materi hasil abrasi di sepanjang pantai.</p> <p>Hasil proses Sedimentasi antara lain:</p> <p>¯ Dataran Banjir</p> <p>Merupakan dataran rendah yang terdapat di kiri kanan sungai. Dataran banjir terbentuk oleh material hasil pengendapan pada saat banjir. Pada waktu banjir mereda arus sungai melemah material yang terangkut sungai mengendap termasuk yang terdapat di kiri kanan sungai.</p> <p>¯ Kipas Aluvial</p> <p>Terbentuk di kaki gunung. Kipas aluvial terbentuk dari proses pengendapan material – material yang terkikis di bagian lereng. Di kaki lereng terjadi perubahan kemiringan dari pegunungan ke dataran, sehingga arus sungai melemah dan akhirnya material hasil erosi terendapkan.</p> <p>¯ Tanggul Alam</p> <p>Terbentuk dari pengendapan material – material sungai di saat banjir. Pada saat air meluap ke kanan kiri sungai , material tanah yaitu pasir dan kerikil ikut terangkut aliran air sungai dan diendapkan di kanan kiri sungai ketika banjir mereda. Pengendapan terjadi terus – menerus sehingga lama – kelamaan semakin tinggi menyerupai tanggul.</p> <p>¯ Delta</p> <p>Terbentuk dari pengendapan material yang diangkut sungai di daerah muara. Di saat aliran sungai mendekati laut tenaga alirannya melemah karena pengaruh air laut yang menuju daratan. Akibatnya material yang dibawa sungai mengendap di lokasi ini dan membentuk delta. </p> <p>¯ Tombolo </p> <p>Terbentuk dari endapan pasir dan kerikil hasil pengendapan arus yang menghubungkan pulau kecil dengan daratan yang lebih luas. Contohnya di Jimbaran (Bali) dan Pangandaran ( Jawa Barat).</p> <p>¯ Spit </p> <p>Terbentuk dari hasil pengendapan material pasir dan kerikil di pantai yan berdekatan dengan teluk, dan dipengaruhi oleh arus laut yang sejajar dengan garis pantai.</p> <p>¯ Gosong Sungai</p> <p>Terbentuk akibat arus sungai yang lemah pada bagian tertentu dari sungai, sehingga menyebabkan terendapnya material pasir dan kerikil yang diangkut arus sungai.</p> <p><b>SELESAI</b></p> <p>Dari berbagai sumber</p> Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13834090020597963346noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4779016239253872763.post-50160808964499415282011-03-12T00:34:00.001+08:002011-03-12T00:34:15.276+08:00PERCOBAAN ENZIM KATALASE<p><b>BAB I</b></p> <p><b>PENDAHULUAN</b></p> <p><b>1.1 Latar Belakang</b></p> <p>Metabolisme merupakan suatau reaksi kimia yang terjadi didalam tubuh makhluk hidup. Reaksi metabolisme tersebut dimaksudkan untuk memperoleh energi, menyimpan energi, menyusun bahan makanan, merombak bahan makanan, memasukkan atau mengeluarkn zat - zat, melakukan gerakan, menyusun struktur sel, merombak struktur – struktur sel yang tidak dapat digunakan lagi, dan menanggapi rangsang.</p> <p>Tentunya dalam suatu reaksi kimia terdapat zat – zat atau senyawa – senyawa baik yang sifatnya menghambat (inhibitor), atau mempercepat reaksi (aktivator). Senyawa – senyawa yang mempercepat suatu reaksi dikenal dengan sebutan katalisator.</p> <p>Katalisator adalah suatu zat yang mempercepat <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Laju_reaksi">laju reaksi</a> <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Reaksi_kimia">reaksi kimia</a> pada suhu tertentu, tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu. Suatu katalis berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk.</p> <p>Katalis memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi pada suhu lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya terhadap pereaksi. Katalis menyediakan suatu jalur pilihan dengan <a href="http://id.wikipedia.org/wiki/Energi_aktivasi">energi aktivasi</a> yang lebih rendah. Katalis mengurangi energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi.</p> <p>Metabolisme yang merupakan reaksi kimia memiliki katalisator yang disebut dengan enzim. </p> <p>Enzim yang tersusun atas protein dan molekul lainnya bekerja dengan menurunkan energi aktivasi, sehingga tidak diperlukan suhu dan energi tinggi untuk melakukan suatu reaksi kimia didalam tubuh.Jika tidak terdapat katalisator dalam metabolisme, maka suhu tubuh akan meningkat dan membahayakan bagi tubuh makhluk hidup. </p> <p>Kerja enzim tentunya dipengaruhi oleh faktor dalam dan luar enzim. Faktor dalam misalnya substansi – substansi genetik yang dibawa oleh masing – masing enzim.</p> <p>Keinginan kami untuk mengetahui faktor luar yang mempengaruhi kerja enzim, dan memenuhi tugas biologi, merupakan suatu motivasi kami untuk melakukan percobaan sederhana yang menggunakan enzim katalase sebagai contoh(sample).</p> <p><b>1.2 Rumusan Masalah</b></p> <p>1.2.1 Bagaimana konsentraasi enzim katalase dalam setiap bahan?</p> <p>1.2.1 Bagaimana cara kerja enzim katalase?</p> <p>1.2.3 Bagaimana pengaruh NaOH, HCl dan suhu terhadap kerja enzim?</p> <p><b>1.3 Batasan Masalah</b></p> <p>Kami hanya membahas dan menganalisa hasil percobaan yang telah kami lakukan.</p> <p><b>1.4 Tujuan Penelitian</b></p> <p>1.4.1 Mengetahui cara kerja enzim katalase.</p> <p>1.4.2 Mengatahui faktor – faktor yang mempengaruhi kerja enzim katalase.</p> <p><b>1.5 Hipotesa </b></p> <p>Karena enzim katalase terbentuk atas senyawa protein, maka enzim ini juga memiliki ciri – ciri yang sama dengan protein. Kerja enzim akan sangat dipengaruhi oleh suhu dan derajat keasaman lingkungannya.</p> <p><b>1.6 Variabel – Variabel</b></p> <p>1.6.1 Variabel bebas : NaOH, HCl, Suhu</p> <p>1.6.2 Variabel kontrol : H2O2, ekstrak hati babi, ekstrak jantung babi, ekstrak daun pepaya, ekstrak wortel, ekstrak umbi.</p> <p>1.6.3 Variabel respon : banyak gelembung dan percikan – percikan api yang ditimbulkan.</p> <p><b></b></p> <p><b>BAB II</b></p> <p><b>KAJIAN TEORI</b></p> <p><b>2.1 Pengertian Enzim</b></p> <p>Menurut Syamsuri metabolisme sangat bergantung pada enzim. Enzim berperan sebagai pemercepat reaksi metabolisme di dalam tubuh mahkluk hidup, tetapi enzim tidak ikut bereaksi.</p> <p><b>2.2 Struktur Enzim.</b></p> <p>Enzim merupakan protein yang tersusun atas asam – asam amino. Kebanyakan enzim berukuran lebih besar dari substratnya.akan tetapi,hanya daerah tertentu dari molekul enzim tersebut yang berikatan dengan substrat, yaitu bagian yang disebut dengan sisi aktif (active side)</p> <p>Secara kimia, enzim yang lengkap (holoenzim) tersusun atas dua bagian, yaitu bagian protein dan bagain bukan protein.</p> <p>1 Bagian protein disebut apoenzim, tersusun atas asam – asam amino. Bagian protein bersifat labil (mudah berubah), misalnya terpengaruh oleh suhu dan keasaman.</p> <p>2 Bagain bukan protein yang disebut gugs protetik, yaitu gugusan yang aktif. Gugus prostetik yang berasal dari molekul non organik disebut kofaktor, misalnya besi, tembaga, zink. Gugus prostetik yang terdiri dari senyawa – senyawa kompleks disebut konenzim, misalnya NADH, FADH, koenzim A, tiamin, riboflavin, asam pantotenat, niasin, piridoksin, biotin, asam folat, dan kobalamin.</p> <p><b>2.3 Ciri – Ciri Enzim </b></p> <p>1. <b>Biokatalisator</b> : enzim hanya dihasilkan oleh sel-sel mahkluk hidup yang digunakan untuk mempercepat proses reaksi.</p> <p>2. <b>Protein</b> : sifat-sifat enzim sama dengan protein yaitu dapat rusak pada suhu yang tinggi dan dipengaruhi pH</p> <p>3. <b>Bekerja Secara Khusus</b> : enzim tertentu hanya dapat mempengaruhi reaks tertentu, tidak dapat mempengaruhi raeksi lainnya. Zat yang terpengaruhi oleh enzim tersebut substrat. Substrat adalah zat yang bereaksi. Oleh karena macam zat yang bereaksi di dalam sel sangat banyak, maka macam enzim pun banyak </p> <p>4. <b>Dapat Digunakan Berulang Kali</b>: dapat digunakan berulang kali karena enzim tidak berubah pada saat terjadi reaksi. Satu molekul enzim dapat bekerja berkali-kali selama enzim itu tidak rusak.</p> <p>5. <b>Rusak Oleh Panas</b> : enzim rusak oleh panas karena merupakan suatu protein . Rusaknya enzim oleh panas disebut denaturasi jika telah rusak enzim tidak dapat bekerja lagi.</p> <p>6. <b>Tidak Ikut Bereaksi</b> : enzim hanya diperlukan untuk mempercepat reaksi namun tidak ikut bereaksi.</p> <p>7. <b>Bekerja Dapat Balik </b>: suatu enzim dapat bekerja menguraikan suatu senyawa menjadi senyawa-senyawa lain dan sebaliknya dapat pula bekerja menyusun senyawa-senyawa itu menjadi senyawa semula.</p> <p>8. <b>Kerja Enzim Dipengaruhi Faktor Lingkungan </b>:</p> <ol> <li>Biokatalisator <br />Di dalam sel juga terdapat katalisator, salah satunya adalah enzim. Enzim hanya dihasilkan oleh sel sel mahluk hidup sehingga disebut sebagai biokatalisator. </li> <li>Protein <br />Enzim adalah suatu protein. Dengan demikian, sifat sifat enzim sama dengan protein, yang dapat rusak pada suhu tinggi dan terpengaruh oleh pH. </li> <li>Bekerja secara khusus. </li> </ol> <p>Enzim bekerja secara khusus, artinya enzim tertentu hanya dapat mempengaruhi reaksi tertentu, tidak dapat mempengaruhi reksi lainnya. Zat yang terpengaruh oleh enzim disebut substrat. Substrat adalah zat yang bereaksi. Oleh karena macam zat yang bereaksi d dalam sel sangat banyak, maka macam enzim pun banyak.</p> <ol> <li>Dapat digunakan berulang kali. <br />enzim dapat digunakan berulang kali karena enzim tidak berubah pada saat terjadi reaksi. Satu molekul enzim dapat bekerja berkali kali, selama enzim itu sendiri tidak rusak. Jika molekul enzim rusak, enzim tersebut harus diganti. Oleh karena itu, enzim pun hanya diperlukan dalam jumlah sedikit. </li> <li>Rusak oleh panas. </li> </ol> <p>Enzim rusak oleh panas karena enzim adalah suatu protein. Jika enzim rusak oleh panas disebut denaturasi. Kebanyakan enzim rusak pada suhu 50 telah rusak, enzim tidak dapat berfungsi lagi walaupun pada suhu normal</p> <ol> <li>Tidak ikut bereaksi </li> </ol> <p>Enzim hanya diperlukan sebagai pemercepat reaksi, namu molekul enzim itu sendiri tidak ikut bereaksi.</p> <ol> <li>Bekerja dapat balik <br />Umumnya, enzim bekerja secara dapat balik. Artinya, suatu enzim dapat bekerja umenguraikan suatu senyawa menjadi senyawa senyawa lain, dan sebaliknya dapat pula bekerja menyusun senyawa senyawa itu menjdi senyawa semula </li> </ol> <p><b>2.4 Cara Kerja Enzim</b></p> <p><b>2.4.1 Teori gembok - anak kunci <br /></b>Sisi aktif enzim mempunyai bentuk tertentu yang hanya sesuai untuk satu jenis substrat saja. Entuk substrat sesuai dengan sisi aktif, seperti gembok cocok dengan anak kuncinya. Hal itu menyebabkan enzim bekerja secara spesifik. Substrat yang mempunyai bentuk ruang yang sesuai dengan sisi aktif enzim akan berikatan dan membentuk kompleks transisi enzim-substrat. Senyawa transisi ini tidak stabil sehingga pembentukan produk berlangsung dengan sendirinya. Jika enzim mengalami denaturasi (rusak) karena panas, bentuk sisi aktif berubah sehingga substrat tidak sesuai lagi. Perubahan pH juga mempunyai pengaruh yang sama. <br /><b>2.4.2 Teori induced fit</b> <br />Reaksi antara substrat denan enzim berlangsung karena adanya induksi molekul substrat terhadap molekul enzim. Menurut teori ini, sisi aktif enzim bersifat fleksibel dalam menyesuaikan struktur sesuai dengan struktur substrat. Ketika substrat akan terinduksi dan kemudian mengubah bentuknya sedikit sehingga mengakibatkan perubahan sisi aktif yang semula tidak cocok menjadi cocok (fit). Kemidian terjadi pengikatan substrat oleh enzim, yang selanjutnya substrat diubah menjadi produk. Produk kemudian dilepaskan dan enzim kembali pada keadaan semula, siap untuk mengikat substrat baru.<b></b></p> <p><b></b></p> <p><b></b></p> <p><b></b></p> <p><b></b></p> <p><b>BAB III</b></p> <p><b>METODE PENELITIAN</b></p> <p><b>3.1 Metode Penelitian</b></p> <p>Metode yang kami pergunakan dalam meguji cara kerja enzim katalase adalah metode eksperimen.</p> <p><b>3.2 Tempat Penelitian</b></p> <p>Kami melakukan percobaan ini di Laboratorium Biologi SMA N 1 Amlapura</p> <p><b>3.3 Waktu Penelitian</b></p> <p>Percobaan dilaksankan pada pukul 8.50 hari Selasa, 1 September 2009</p> <p><b>3.4 Alat dan Bahan</b></p> <p>a. Alat </p> <ul> <li>Pisau </li> <li>Penumbuk </li> <li>Tabung reaksi </li> <li>Rak tabung reaksi </li> <li>Pipet tetes. </li> <li>Lilin </li> <li>Korek api </li> <li>Dupa </li> <li>Pembakar spritus </li> <li>Termometer </li> <li>Indikator universal </li> <li>Gelas kimia </li> </ul> <p>b. Bahan</p> <ul> <li>H2O2 10% </li> <li>HCl 5% </li> <li>NaOH 5% </li> <li>Es </li> <li>Aquades </li> <li>Jantung babi </li> <li>Hati babi </li> <li>Wortel </li> <li>Ketela rambat </li> <li>Daun pepaya </li> </ul> <p><b>3.5 Langkah Kerja</b></p> <p>Disiapkan alat dan bahan </p> <p>1 Masing – masing bahan ditumbuk alus, dicampur dengan sedikit aquades kemudian dicari ekstraknya.</p> <p>2 Diberikan label pada setiap tabung reaksi yang telah dmasukkan ekstrak masing – masing bahan.</p> <p>3 Ditambahkan H2O2 pada masing – masing ekstrak kemudian diamati perubahannya, kemudian didekatkan dupa yang menyala ke mulut tabun reaksi, diamati perubahannya.</p> <p>4 Dibuat kembali ekstrak hati babi.</p> <p>5 Dituangkan ke dalam 6 tabung reaksi</p> <p>6 Diberi label pada masing – masing tabung .</p> <p>7 Pada tabung 1 dicampur HCl, pada tabung 2 dicampur NaOH, diukur pH.</p> <p>8 Dicampur H2O2 pada kedua tabung diamati perubahanyya.</p> <p>9 Pada tabung 3 dimasukkan kedalam gelas kimia yang diisi es, diukur suhunya sampai 0<sup>0</sup>C, kemudian dicampur H2O2, diamati perubahannya.</p> <p>10 Pada tabung 4 dimasukkan ke dalam gelas kimia yang diisi air.</p> <p>11 Dipanaskan dengan menggunakan pembakar spritus, diukur suhunya sampi 55 <sup>0</sup> C, diamati perubahannya.</p> <p>12 Diulangi langkah ke 11 dan 12, tetapi suhunya diukur sampai 75 <sup>o</sup> C. diamati perubahannya.</p> <p>13 Diulangi langkah ke 11 dan 12, tetapi suhunya diukur samppi 100 <sup>0 </sup>C.</p> <p>15. Dicatat hasil pengamatannya.</p> <p><b> <br /></b></p> <p><b></b></p> <p><b></b></p> <p><b></b></p> <p><b></b></p> <p><b></b></p> <p><b></b></p> <p><b></b></p> <p><b></b></p> <p><b>BAB </b><b>IV</b></p> <p><b>HASIL PENGAMATAN</b></p> <p><b>Tabel Pengamatan 1</b> <table border="0" cellspacing="0" cellpadding="0"><tbody> <tr> <td width="59"> <p>Tabung</p> </td> <td width="139"> <p>Isi</p> </td> <td width="123"> <p>Gelembung</p> </td> <td width="136"> <p>Saat dimasukkan dupa</p> </td> <td width="86"> <p>Waktu Rekasi</p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="59"> <p>A</p> </td> <td valign="bottom" width="139"> <p>ekstrak hati babi</p> </td> <td valign="bottom" width="123"> <p>Banyak gelembung</p> </td> <td valign="bottom" width="136"> <p>timbul api</p> </td> <td valign="bottom" width="86"> <p>cepat</p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="59"> <p>B</p> </td> <td valign="bottom" width="139"> <p>ekstrak jantung babi</p> </td> <td valign="bottom" width="123"> <p>sedikit gelembung</p> </td> <td valign="bottom" width="136"> <p>timbul api</p> </td> <td valign="bottom" width="86"> <p>cepat</p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="59"> <p>C</p> </td> <td valign="bottom" width="139"> <p>ekstrak wortel</p> </td> <td valign="bottom" width="123"> <p>sedikit gelembung</p> </td> <td valign="bottom" width="136"> <p>timbul api</p> </td> <td valign="bottom" width="86"> <p>lama</p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="59"> <p>D</p> </td> <td valign="bottom" width="139"> <p>ekstrak daun pepaya </p> </td> <td valign="bottom" width="123"> <p>Banyak gelembung</p> </td> <td valign="bottom" width="136"> <p>timbul api</p> </td> <td valign="bottom" width="86"> <p>cepat</p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="59"> <p>E</p> </td> <td valign="bottom" width="139"> <p>ekstrak umbi ketela rambat</p> </td> <td valign="bottom" width="123"> <p>sedikit gelembung</p> </td> <td valign="bottom" width="136"> <p>timbul api</p> </td> <td valign="bottom" width="86"> <p>lama</p> </td> </tr> </tbody></table> </p> <p><b></b></p> <p><b>Tabel Pengamatan 2</b> <table border="0" cellspacing="0" cellpadding="0"><tbody> <tr> <td width="59"> <p>Tabung</p> </td> <td width="166"> <p>Isi</p> </td> <td width="134"> <p>Gelembung</p> </td> <td width="117"> <p>Saat dimasukkan dupa</p> </td> <td width="59"> <p>Waktu Rekasi</p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="59"> <p>I</p> </td> <td valign="bottom" width="166"> <p>ekstrak hati babi + 2 ml NaOH ph = > 7</p> </td> <td valign="bottom" width="134"> <p>tidak ada gelembung</p> </td> <td valign="bottom" width="117"> <p>tidak timbul api</p> </td> <td valign="bottom" width="59"> <p>-</p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="59"> <p>II</p> </td> <td valign="bottom" width="166"> <p>ekstrak hati babi + 2 ml HCL ph = 2,5</p> </td> <td valign="bottom" width="134"> <p>tidak ada gelembung</p> </td> <td valign="bottom" width="117"> <p>tidak timbul api</p> </td> <td valign="bottom" width="59"> <p>-</p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="59"> <p>III</p> </td> <td valign="bottom" width="166"> <p>ekstrak hati babi + suhu 55<sup>0</sup>C</p> </td> <td valign="bottom" width="134"> <p>sedikit gelembung </p> </td> <td valign="bottom" width="117"> <p>menyala</p> </td> <td valign="bottom" width="59"> <p>lama</p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="59"> <p>IV</p> </td> <td valign="bottom" width="166"> <p>ekstrak hati babi + 0<sup>0 </sup>C</p> </td> <td valign="bottom" width="134"> <p>sedikit gelembung </p> </td> <td valign="bottom" width="117"> <p>menyala</p> </td> <td valign="bottom" width="59"> <p>lama</p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="59"> <p>V</p> </td> <td valign="bottom" width="166"> <p>ekstrak hati babi + 100 <sup>0</sup>C</p> </td> <td valign="bottom" width="134"> <p>tidak ada gelembung</p> </td> <td valign="bottom" width="117"> <p>tidak timbul api</p> </td> <td valign="bottom" width="59"> <p>-</p> </td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="59"> <p>VI</p> </td> <td valign="bottom" width="166"> <p>ekstrak hati babi + 75 <sup>0</sup></p> </td> <td valign="bottom" width="134"> <p>sedikit gelembung </p> </td> <td valign="bottom" width="117"> <p>tidak timbul api</p> </td> <td valign="bottom" width="59"> </td> </tr> </tbody></table> </p> <p><b></b></p> <p><b></b></p> <p><b></b></p> <p><b></b></p> <p><b></b></p> <p><b> <br /></b></p> <p><b> <br /></b></p> <p><b> <br /></b></p> <p><b>BAB IV</b></p> <p><b>PEMBAHASAN</b><b></b></p> <p><b>4.1 Konsentrasi Enzim Katalase pada Setiap Bahan</b></p> <p><b>4.1.1 Konsentrasi ditinjau dari waktu reaksi.</b></p> <p><b></b>Pada bahan yang kami gunakan terdapat jumlah enzim katalase yang berbeda. Hal ini ditunjukkan oleh waktusaat gelembung timbul pada masing – masing bahan berbeda- beda, misalnya saja pada ekstrak umbi dan wortel. Kedua bahan ini, kami buat sama jumlahnya, dan jumlah H2O2 yang kami teteskan pun sama. Tetapi kedua bahan ini membutuhkan waktu yang lama untuk bereaksi, atau dengan kata lain, gelembung yang timbul lebih lama. </p> <p><b></b>Lain halnya dengan ekstrak hati babi, ekstrak jantung, dan ekstrak daun pepaya saat diteteskan H2O2, gelembung muncul dengan waktu yang lebih cepat dari ekstrak umbi dan wortel, walaupun dengan jumlah gelembung yang berbeda – beda. Gelembung yang lama muncul berarti reaksi antara H2O2 dengan enzim katalase berlangsung lama, padahal kami menggunakan jumlah ekstrak yang sama, dan konsentrasi H2O2 yang sama.</p> <p>Perbedaan waktu reaksi ini dapat kami analisisa sebagai tanda perbedaan jumlah enzim katalase pada masing – masing bahan, karena kecepatan reaksi kimia yang melibatkan enzim tentunya dipengaruhi oleh jumlah atau konsentrasi enzim dan konsentrasi substratnya. Jika salah satu konsentrasi, baik enzim maupun substrat akan mengakibatkan berkurangnya kecepatan reaksi kimia tersebut. </p> <p><b>4.1.2 Konsentrasi Enzim ditinjau dari jumlah gelembung.</b></p> <p>Jumlah gelembung yang muncul pada setiap bahan yang kami pergunakan berbeda – beda. Pada ekstrak umbi, ekstrak wortel dan ekstrak jantung babi muncul jumlah gelembung yang lebih sedikit dibanding bahan lainnya, artinya hasil reaksi yang dihasilkan lebih sedikit.</p> <p>Hasil reaksi yang sedikit diakibatkan oleh konsentrasi enzim yang sedikit pula, acuan ini kmai pergunakan untuk menganalisa konsentrasi enzim pada bahan - bahan yang menghasilkan sedikit gelembung. </p> <p>Pada bahan – bahan yang mengahasilkan banyak gelembung, berarti menghasilkan banyak produk. Dengan kata lain jumlah enzimnya lebih banyak dibanding bahan – bahan yang lainya.</p> <p>Hal ini merupakan bukti bahwa bahan yang mengandung enzim katalase lebih banyak adalah ekstrak hati dan ekstrak daun pepaya. Analisa ini sesuai dengan teori yang menyebutkan enzim katalase biasanya terdapat dalam sel – sel hewan tertentu, seperti sel hati, sel ginjal sel otot, dan pada tumbuhan enzim katalase ada pada semua jenis sel(KREATIF:2008). Dan kandungan enzim katalase rendah terkandung dalam ekstrak wortel, ekstrak umbi, dan ekstrak jantung babi.</p> <p><b>4.2 Cara Kerja Enzim Katalase</b></p> <p>Enzim katalase akan menguraikan H2O2 menjadi air (H2O) dan Oksigen (O2). Pada percobaan kami oksigen yang dihasilkan dari reaksi penguraian tersebut berupa gelembung. Gelembung ini sangat mudah bereaksi dengan api, diamana saat kami memasukkan dupa yang menyala timbul percikan – percikan api.</p> <p>Sifat oksigen sebagai oksidator dalam pembakaran menyebabkan oksigen mudah beraksi dengan bahan – bahan yang mudah terbakar. Kami mengetahui gelembung tersebut oksigen dengan mencocokkan teori dan hasil eksperimen kami. </p> <p>Enzim katalase pada tubuh manusia merupakan senyawa yang juga bertanggung jawab akan penguraian bahan – bahan atau senyawa – senyawa oksidatif yang berbahaya bagi tubuh. Seperti asam fenol, asam format, dan alkohol (Anonim,2009). Ini berarti enzim katalase bekerja tidak mengkhusus, atau bekerja secara fleksibel, sesuai dengan hipotesis teori inducted fit.</p> <p><b>4.3 Pengaruh NaOH, HCl, dan suhu terhadap Enzim Katalase.</b></p> <p><b>4.3.1 Pengaruh Suhu </b></p> <p>Enzim katalase yang terbentuk atas gugus protein, tentunya memilki sifat yang sama dengan protein. Enzim ini rusak saat dipanaskan pada suhu 50<sup>0</sup>C,75<sup>0</sup>C, dan pada 100<sup>0</sup>C. Pada suhu tersebut ekstrak hati babi yang telah ditetesi H2O2 mengeluarkan sedikit gelembung dan sedikit nyala api (50<sup>0</sup>C) dengan waktu yang lama, dan tidak mengeluarkan gelembung maupun nyala api pada suhu 75<sup>0</sup>C, dan pada 100<sup>0</sup>C, dikarenakan enzim sudah rusak pada suhu diatas 50<sup>0</sup>C (Syamsuri,2007). Ikatan – ikatan hidrogen dan ikatan molekul lainnya yang menyusun enzim menjadi labil saat dipanaskan sehingga merusak struktur enzim (Permana,2006). </p> <p>Sedangkan pada suhu 0<sup>0</sup>C, ekstrak hati mengeluarkan sedikit gelembung dan sedikit nyala api dengan waktu reksi yang lama. Teori yang menyatakan enzim akan inaktif pada suhu dibawah 10<sup>0</sup>C sesuai dengan hasil yang kami dapatkan pada percobaan sederhana ini.</p> <p><b>4.3.2 Pengaruh NaOH danHCl</b></p> <p>Ekstrak hati yang dicampur dengan NaOH(pH= >7) dan HCl (pH = 2,5) saat ditetesi H2O2 tidak mengeluarkan gelembung. Hal ini, berarti enzim tidak bekerja pada keadaan basa maupun asam. Suasana asam dan basa akan menghambat kerja enzim dan akhirnya merusak enzim. Enzim katalase dapat bekerja optimum pada pH normal, hal ini dibuktikan dengan banyaknya gelembung pada ekstrak hati, yang tidak dicampur dengan HCl atau NaOH.</p> <p><b>BAB V </b></p> <p><b>PENUTUP</b></p> <p><b>5.1 Kesimpulan</b></p> <p>5.1.1 Enzim katalase bekerja dengan menguraikan H2O2 menjadi air (H2O) dan Oksigen (O2).</p> <p>5.1.2 Enzim katalase akan rusak apabila bekerja pada suhu diatas 50<sup>0</sup>C, dan pada kondisi asam maupun basa</p> <p><b>5.2 Saran</b></p> <p>5.2.1 Dibutuhkan waktu yang lebih lama, dan waktu yang khusus (diluar jam pelajaran) untuk melakukan percobaan ini agar kami lebih teliti dan intensif dalam menguji faktor yang mempengaruhi kerja enzim.</p> <p>5.2.2 Dibutuhkn alat – alat yang lebih lengkap agar data hasil percobaan kami lebih akurat.</p> <p><b>5.3 Pertanyaan</b></p> <ol> <li>Gelembung apa yang dihasilkan dalam tabung percobaan ?Bagaimana cara mengujinya? </li> <li>Mengapa H2O2 dipakai sebagai bahan percobaan untuk mengamati kerja enzim katalase? </li> <li>Mengapa reaksi berkurang jika ekstrak hati + H2O2 dimasukan HCl dan NaOH? </li> <li>Faktor apakah yang mempengaruhi kerja enzim katalase? Jelaskan berdasarkan hasil percobaan! </li> <li>Pada bahan apa saja terdapat enzim katalase? </li> <li>Apa fungsi enzim katalase pada tubuh? </li> <li>Apa yang terjadi pada sel tubuh jika hati kita tidak menghasilkan katalase? </li> </ol> <p><b></b></p> <p><b></b></p> <p><b>Jawab :</b></p> <ol> <li>Gelembung yang dihasilkan dalam tabung percobaan adalah gelembung-gelembung O<sub>2</sub> gelembung O<sub>2 </sub>ini merupakan hasil penguraian dari H2O2. Hal ini dibuktikandengan timbulnya nyala api pada tabung reaksi saat dimasakkan dupa yang menyala, dimana oksigen merupakan suatu unsure yang bersifat oksidator dan mempercepat proses pembakaaran atau mudah bereaksi dengan bahan-bahan yang mudah terbakar. Sehingga pada saat dupa dimasukkan timbul percikkan-percikan api kecil. </li> <li>Karena enzim katalase yang terdapat dalam peroksisom yang terdapat pada sel hati, sel ginjal, sel otot dari hewan berfungsi sebagai suatu katalis yang mempercepat proses penguraian senyawa-senyawa yang bersifat racun didalam tubuh, dimana salah satu senyawa yang dapat dikatalis oleh enzim katalase adalah H2O2 ( Hidrogen Peroksida ). Senyawa ini merupakan hasil sampingan dari proses metabolisme. Jadi hal tersebut yang menyebabkan kenapa H2O2 digunakan sebagai bahan percobaan untuk mengamati kerja enzim katalase. </li> <li>Karena suatu laju reaksi kimia yang melibatkan enzim, dipengaruhi oleh dua faktor yaitu konsentrasi enzim dan konsentrasi substrat ( H2O2 ). Jika salah satu faktor tersebut jumlahnya berkurang maka kecepatan laju reaksi pun berkurang. Enzim merupakan senyawa yang tersusun atas gugus protein yang sangat rentan terhadap pH ( derajat keasaman ), jika enzim bekerja pada pH yang terlalu asam atau pH yang terlalu basa maka enzim tersebut akan rusak, sehingga jumlah enzim yang dapat bekerja dengan baik berkurang (konsentrsi enzim berkurang). Hal inilah melatarbelakangi mengapa reaksi berkurang jika ekstrak hati dimasukkan dalam larutan HCL atau NaOH, yaitu jumlah enzim kurang. </li> <li>Faktor – faktor yang mempengaruhi kerja enzim adalah <ol> <li>Derajat keasaman (ph). Enzim tidak akan dapat bekerja pada ph yang terlalu asam, dan ph yang terlalu basa. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya jumlah gelembung yang muncul dan nyala api yang timbul pada tabung reaksi yang dicampur dengan HCL dan NaO </li> <li>Suhu, enzim hanya dapat bekerja secara optimal pada suhu 10<sup>0</sup> C – 50 <sup>0 </sup>. </li> </ol> </li> <li>Pada percobaan kami semua bahan menunjukkan adanya enzim katalase. Enzim katalase biasanya terdapat pada organel sel, yaitu peroksisom. Organel ini terdapat pada sel – sel hewan tertentu , seperti sel ginjal, sel hati, dan sel otot, sedangkan pada tumbuhan peroksisom ada pada berbagai jenis sel. Pada bahan yang kami gunakan merupakan bahan yang selnya terdapat enzim katalase, yaitu hati ( tepatnya pada sel – sel hati), jantung (sel – sel otot jantung), wortel, daun pepaya, dan umbi rambat. </li> <li>Fungsi enzim katase yang terdapat dalam badan mikro, adalah sebagai katalisator yang bertanggung jawab dalam proses pengurain H2O2 menjadi air dan oksigen, disamping sebagai zat – zat oksidatif seperti asam, fenol, asam format, dan alkhohol. Jadi secara umum enzim merupakan katalis yang melindungi tubuh dari kondisi oksidatif. </li> <li>Jika hati tidak menghasilkan enzim katalase, maka tubuh akan keracunan yang diakibatkan senyawa – senyawa hasil sampingan metabolisme tidak dapat terurai. </li> </ol> <p><b></b></p> <p><b>5.4 </b><b>Daftar Pustaka</b></p> <p>Anonim.2008.<u>Artikel.</u> Terdapat <u><a href="http://id.answers.yahoo.com">http://id.answers.yahoo.com</a>. </u>Diakses pada tanggal 2 September 2009</p> <p>Permana, Agus.D,dkk.2006. <u>Biologi untuk SMA</u>.Bandung:TOBI</p> <p>Saymsuri, Istamar, dkk. 2007. <u>Biologi untuk SMA Kelas XII Semester 1</u>. Malang : Erlangga</p> <p>Wardono, Agus, dkk. <u>Biologi untuk SMA/MA Kelas XII Semester Gasal</u>. Klaten: Viva Vakarindo</p> Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13834090020597963346noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-4779016239253872763.post-12775875640666708422011-03-12T00:13:00.001+08:002011-03-12T00:26:39.839+08:00PERCOBAAN INGENHOUZ<p><strong>BAB I</strong><b> <br /></b><strong>PENDAHULUAN</strong> <br /><b></b></p> <p><b>1.1 </b><b>Latar Belakang</b></p> <p>Sel merupakan unit (satuan, zarah) terkecil dari mahluk hidup yang dapat melaksanakan hehidupan. Sel disebut unit terkecil karena sudah tidak dapat dibagi – bagi menjadi bagian yang lebih kecil yang berdiri sendiri. Sel dapat melakukan proses kehidupan, seperti respirasi, perombakan, penyusunan, reproduksi melalui pembelahan sel, dan peka terhadap rangsangan (Syamsuri,2007).</p> <p>Dilihat dari organel yang menyusun sel hewan maupun sel tumbuhan, terdapat perbedaan antara sel hewan dan sel tumbuhan ini. Organel yang umumnya tidak dimilki oleh sel hewan, namun dimilki oleh sel tumbuhan adalah kroloplas.Organel kroloplas adalah bagian dari organel plastida yang mengandung krolofil. Organel ini memungkinkan tumbuhan untuk memproduksi makanannya sendiri (autotrof). Secara kasar krolofil berfungsi dalam pembentukan makanan. Proses pembentukan makanan (energi) ini sering disebut dengan istilah fotosintesis (<i>foto </i>= cahaya, <i>sintesis </i>= penyusun). Fotosintesis adalah suatu mekanisme penyusunan energi pada tanaman berkrolofil dengan bantuan cahaya matahari. </p> <p>Proses fotosintesis terbagi atas dua tahapan yaitu tahap reaksi terang dan tahap reaksi gelap. Reaksi terang adalah reaksi yang membutuhkan energi cahaya, khusunya cahaya matahari sedangkan reaksi gelap adalah suatu reaksi yang tidak membutuhkan cahaya matahari.</p> <p>Cahaya matahari merupakan suatu radiasi (gelombang elektromagnetik) yang memancarkan jenis – jenis gelombang berbeda, seperti sinar gamma, sinar x, sinar uv, sinar tampak, gelombang mikro dan gelombang radio. Cahaya yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan untuk melangsungkan proses fotosintesis adalah cahaya (sinar) tampak. Jenis sinar ini memilki panjang gelombang yang berbeda – beda, dari sinar merah, (panjang gelombang terbesar), hingga sinar ungu (panjang gelombang terpendek), perbedaan panjang gelombang memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap proses fotosintesis.</p> <p>Selain cahaya matahari, proses fotosintesis juga dipengaruhi oleh jumlah CO<sub>2</sub>, keadaan lingkungan tempat tumbuhan itu hidup,misalnya saja suhu.</p> <p>Dalam proses ini selain menghasilkan energi (dalam bentuk amilum), fotosintesis juga menghasilkan O<sub>2(g). </sub>Kecepatan fotosintesis suatu tanaman hijau (berkrolofil) dapat terlihat dari jumlah gas oksigen yang dihasilkan. </p> <p>Untuk mengetahui pengaruh dari perbedaan intensitas cahaya , pengaruh perbedaan panjang gelombang sinar tampak matahari yang diterima tumbuhan dalam fotosintesis dan faktor yang mempengaruhi proses fotosintesis pada tanaman, merupakan motivasi bagi penulis menyelesaikan laporan yang didasarkan pada hasil percobaan yang telah kami lakukan dengan menggunakan hydrilla sebagai sample tanaman berkrolofil , selain untuk memenuhi tugas biologi.</p> <p><b>1.2 Rumusan Masalah</b></p> <p>1.2.1 Bagaimanakah pengaruh cahaya matahari terhadap proses fotosintesis tanaman berkrolofil?</p> <p>1.2.2 Bagaimanakah pengaruh suhu terhadap proses fotosintesis tanaman berkrolofil?</p> <p>1.2.3 Bagaimana pengaruh kadar CO<sub>2</sub> (NaHCO<sub>3</sub>), terhadap fotosintesis tanaman berkrolofil?</p> <p><b>1.3 Batasan Masalah</b></p> <p>Kami membatasi penelitian sederhana ini, dengan meneliti dan menganalisa hasil percobaan yang telah kami lakukan.<b></b></p> <p><b>1.4 Hipotesa</b></p> <p>Proses fotosintesis akan berjalan secara optimum pada tempat yang mendapat sinar matahari yang cukup, suhu yang optimum, dan jumlah gas CO<sub>2 </sub>mencukupi<sub>.</sub></p> <p><b>1.5 Variabel </b></p> <p>1.5.1 Variabel terikat adalah jumlah gelembung yang muncul.</p> <p>1.5.2 Variabel bebas adalah intensitas sinar matahari, NaHCO<sub>3</sub>, dan suhu, kertas minyak,</p> <p>1.5.3 Variabel kontrol adalah jumlah dan jenis hydrila yang digunakan.</p> <p><b>1.6 Tujuan Penelitian </b></p> <p>Tujuan dari penelitian kami :</p> <p>1.6.1 Mengetahui pengaruh cahaya matahari terhadap proses fotosintesis tanaman berkrolofil.</p> <p>1.6.2 Mengetahui pengaruh suhu terhadap proses fotosintesis tanaman berkrolofil.</p> <p>1.6.3 Mengetahui pengaruh kadar CO<sub>2</sub> (NaHCO<sub>3</sub>), terhadap fotosintesis tanaman berkrolofil. </p> <p><b></b></p> <p><b></b></p> <p><b></b></p> <p><b></b></p> <p><b></b></p> <p><b></b></p> <p><b>BAB II</b></p> <p><b>KAJIAN TEORI</b></p> <p><b>2.</b><b>1 Pengertian Fotosintesis</b></p> <p><b></b>Fotosintesis berasal dari kata foton= cahaya dan sintesis= penyusunan. Fotosintesis adalah peristiwa penyusunan zat organik ( gula ) dari zat anorganik ( air,karbondioksida ) dengan pertolongan energi cahaya.oleh karena bahan baku yang digunakan adalah zat karbon( karbondioksida) maka fotosintesis dapat juga disebut asimilasi karbon (Syamsuri,2007).</p> <p>2.2 <b>Proses fotosintesis</b></p> <p>Proses fotosintesis merupakan kebalikan dari proses respirasi. Proses respirasi bertujuan memecah gula menjadi karbon dioksida, air, dan energi.sebaliknya proses fotosintesis mereaksikan karbondioksida dan air menjadi gula dengan menggunakan energi cahaya matahari. Proses fotosintesis pada umumnya berlangsung pada tmbuhan berklorofil pada waktu siang hari. Fotosintesis dapat terjadi pada malam hari asalkan ada sumber cahaya misalnya cahaya lampu. Secara singkat persamaan reaksi fotosintesis yang terjadi di alam dapat dituliskan sebagai berikut:</p> <p>cahaya matahari</p> <p>6CO<sub>2</sub> + 12 H<sub>2</sub>O C<sub>6</sub>H<sub>12</sub>O<sub>6</sub> +6 O<sub>2</sub> + 6H<sub>2</sub>O </p> <p>Klorofil</p> <p>Reaksi fotosintesis terjadi pada membran fotosintesis tumbuhan. Pada bakteri fotosintesis membran tersebut merupakan lipatan memban sel. Pada tumbuhan, alga dan protista bersel satu (misalnya euglena), semua reaksi fotosintesis terjadi dalam organel sel yang disebut kloroplas. Kloroplas mepunyai sistem membran dalam. Membran ini terorganisasi menjadi kantong pipih berbentuk cakram yang disebut tilakoid. Tumpukan tilakoid disebut grana. Tiap-tiap tilakoid merupakan ruang tertutup dan berfungsi sebagai tempat pembentukan ATP. Disekeliling tilakoid terdapat cairan yang disebut stroma. Stroma mengandung enzim yang berperan dalam reaksi fotosintesis. </p> <p>2.3 Cahaya yang Berperan dalam Fotosintesis</p> <p>Fotosintesis memerlukan cahaya yang umumnya berasal dari cahaya matahari. Cahaya matahari terdiri dari banyak panjang gelombang yang berbeda – beda. Cahaya yang berperan untuk fotosintesis adalah cahaya tampak. Gelombang cahaya tampak yang terpendek adalah cahaya ungu, dan yang terpanjang adalah cahaya merah. </p> <p>Didalam kloroplas terkandung beberapa jenis pigmen, yaitu karotenoid. Krolofil a berperan langsung dalam reaksi terang. Klorofil a mampu menyerap terutama cahaya merah dan biru ungu. Klorofil a berperan langsung dalam reaksi terang. Klorofil a terlihat hijau karena memantulkan cahaya hijau. Klorofil b, menyerap terutama cahaya biru dan oranye dan memantulkan cahaya hijau-kuning.</p> <p>Karotenoid, adalah pigmen kuning oranye yang menyerap cahaya biru-hijau. Klorofil b dan karotenoid tidak berperan langsung dalam reaksi terang tapi mereka memperluas kisaran cahaya yang dapat digunakan oleh tumbuhan. Kedua pigmen ini meneruskan energi cahaya yang mereka serap ke klorofil a, dan kemudian menyimpan energi untuk kegiatan teaksi terang. </p> <p>2.4 Tahapan Proses Fotosintesis</p> <p>Proses, fotosintesis merupakan rangkaian dari proses penangkapan energi cahaya, aliran elektron dan penggunaan energi yang dilepaskan oleh elektron untuk menghasilkan zat organik.</p> <p>2.4.1 Penangkan Energi Cahaya (Fotosistem)</p> <p>Ketika krolofil menyerap energi foton dari cahaya ,elektron pada klorofil akan terlepas ke orbit luar. Elektron ini akan ditangkap oleh penerima elektron yaitu plastokuinon. Unit penangkapan elektron ini disebut fotosistem.</p> <p>2.4.2 Aliran Elektron</p> <p>Ada dua macam aliran elektron yaitu, elektron dari fotosistem II (P680) yang bersifat nonsiklis dan dari fotosistem I (P700) yang bersifat siklis.</p> <p>2.4.3 Siklus Calvin</p> <p>Siklus ini merupakan proses penggunaan ATP dan NADPH, untuk mengubah CO<sub>2</sub> menjadi gula (Glukosa, Maltosa, Fruktosa, Amilum) hasil akhir dari siklus Calvin adalah gliseraldehid 3-fosfat(G3P). Suatu senyawa antara yang dipakai untuk membentuk senyawa gula (karbohidrat). Untuk membentuk membentuk I molekul 1 G3P. siklus calvin harus berjalan 3 kali. Siklus calvin dapat dibagi dalam tiga fase yaitu Pengikatan (fiksasi) CO<sub>2, </sub>reduksi pembentukan RuBP.</p> <p><b></b></p> <p><b></b></p> <p><b></b></p> <p><b>BAB III</b></p> <p><b>METODE PENELITIAN</b></p> <p><b>3.1 Metode Penelitian</b></p> <p>Metode yang kami pergunakan dalam adalah metode eksperimen. </p> <p><b>3.2 Tempat Penelitian</b></p> <p>Kami melakukan percobaan ini di Laboratorium Biologi SMA N 1 Amlapura</p> <p><b>3.3 Waktu Penelitian</b></p> <p>Percobaan dilaksankan pada pukul 8.50 hari Selasa, 29 September 2009</p> <p><b>3.4 Alat dan Bahan</b></p> <p><b> <br /></b></p> <ul> <li><b>Alat</b> <ul> <li>Gelas kimia.<b></b></li> <li>Tabung reaksi.<b></b></li> <li>Kawat penyangga.<b></b></li> <li>Alat hitung.<b></b></li> <li>Stopwach<b>.</b></li> <li>Baskom.<b></b></li> <li>Corong kaca.<b></b></li> <li>Thermometer.<b></b></li> <li>Benang<b></b></li> <li>Karet gelang<b></b></li> </ul> </li> <li><b>Bahan</b> <ul> <li>Air<b></b></li> <li>Hydrilla ferticilata</li> <li>NaHCO<sub>3</sub>.</li> <li>Es batu.</li> <li>Kertas Minyak merah, kuning, hijau, biru.</li> </ul> </li> </ul> <p><b> <br /></b></p> <p><b>3.5 Langkah Kerja</b></p> <ol> <li>Disiapkan alat dan bahan.</li> <li>Dimasukkan 5 buah hydrilla yang sudah diikat dengan karet dan benang ke dalam corong.</li> <li>Diikatkan benang tersebut pada corong.</li> <li>Ditutup corong dengan tabung reaksi.</li> <li>Dimasukkan corong tersebut ke dalam gelas kimia yang telah diisi dengan air dalam baskom berisi air dengan posisi terbalik.</li> <li>Dipasang kawat penyangga.</li> <li>Diberi label masing – masing gelas kimia.</li> <li>Ditempatkan masing – masing gelas kimia. Gelas kimia A, pada tempat teduh(dalam ruangan), gelas kimia B pada tempat terkena sinar matahari langsung, gelas kimia C pada tempat sinar matahari langsung dan ditambahkan air hangat (suhu = 35<sup>0 </sup>C), gelas kimia D pada tempat yang terkena cahaya matahari langsung dan ditambahkan es (suhu 15<sup>0</sup> C), pada gelas kimia E, diletakkan pada tempat terkena sinar matahari langsung dan ditambah NaHCO<sub>3</sub>, gelas kimia F ditutup dengan kertas minyak hijau diletakkan di tempat terkena cahaya matahari langsung, gelas kimia G ditutup dengan kertas minyak biru, diletakkan ditempat terkena cahaya matahari langsung, gelas kimia H ditutup dengan kertas minyak merah, diletakkan pada tempat terkena cahaya matahari langsung, gelas kimia I ditutup dengan kertas minyak kuning </li> </ol> <p><b></b></p> <p><b></b></p> <p><b></b></p> <p><b></b></p> <p><b></b></p> <p><b>BAB IV</b></p> <p><b>HASIL PENELITIAN</b></p> <p>4.1 Tabel Hasil Penelitian</p> <p>Adapun hasil penelitian kami sebagai berikut, <table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0"><tbody> <tr> <td valign="top" width="71"> <p><b>TABUNG</b></p> </td> <td valign="bottom" width="191"> <p><b>Perlakuan</b></p> </td> <td valign="bottom" width="75"> <p><b>5 Menit I</b></p> </td> <td valign="bottom" width="77"> <p><b>5 Menit II</b></p> </td> <td valign="bottom" width="84"> <p><b>5 Menit III</b></p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="71"> <p>A</p> </td> <td valign="bottom" width="191"> <p>Tempat Redup</p> </td> <td valign="bottom" width="75"> <p>60</p> </td> <td valign="bottom" width="77"> <p>25</p> </td> <td valign="bottom" width="84"> <p>23</p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="71"> <p>B</p> </td> <td valign="bottom" width="191"> <p>Tempat Terang</p> </td> <td valign="bottom" width="75"> <p>571</p> </td> <td valign="bottom" width="77"> <p>745</p> </td> <td valign="bottom" width="84"> <p>711</p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="71"> <p>C</p> </td> <td valign="bottom" width="191"> <p>Suhu 35<sup>0</sup></p> </td> <td valign="bottom" width="75"> <p>1080</p> </td> <td valign="bottom" width="77"> <p>2104</p> </td> <td valign="bottom" width="84"> <p>2971</p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="71"> <p>D</p> </td> <td valign="bottom" width="191"> <p>Suhu 15<sup>0 </sup></p> </td> <td valign="bottom" width="75"> <p>60</p> </td> <td valign="bottom" width="77"> <p>25</p> </td> <td valign="bottom" width="84"> <p>23</p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="71"> <p>E</p> </td> <td valign="bottom" width="191"> <p>Ditambah NaHCO<sub>3</sub></p> </td> <td valign="bottom" width="75"> <p>438</p> </td> <td valign="bottom" width="77"> <p>610</p> </td> <td valign="bottom" width="84"> <p>670</p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="71"> <p>F</p> </td> <td valign="bottom" width="191"> <p>Dibungkus Kertas Hijau</p> </td> <td valign="bottom" width="75"> <p>1027</p> </td> <td valign="bottom" width="77"> <p>1018</p> </td> <td valign="bottom" width="84"> <p>1155</p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="71"> <p>G</p> </td> <td valign="bottom" width="191"> <p>Dibungkus Kertas Biru</p> </td> <td valign="bottom" width="75"> <p>161</p> </td> <td valign="bottom" width="77"> <p>281</p> </td> <td valign="bottom" width="84"> <p>283</p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="71"> <p>H</p> </td> <td valign="bottom" width="191"> <p>Dibungkus Kertas Merah</p> </td> <td valign="bottom" width="75"> <p>102</p> </td> <td valign="bottom" width="77"> <p>461</p> </td> <td valign="bottom" width="84"> <p>603</p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="71"> <p>I</p> </td> <td valign="bottom" width="191"> <p>Dibungkus Kertas Kuning</p> </td> <td valign="bottom" width="75"> <p>226</p> </td> <td valign="bottom" width="77"> <p>194</p> </td> <td valign="bottom" width="84"> <p>86</p> </td> </tr> <tr> <td valign="top" width="71"> </td> <td valign="bottom" width="191"> </td> <td valign="bottom" width="75"> </td> <td valign="bottom" width="77"> </td> <td valign="bottom" width="84"> </td> </tr> </tbody></table> </p> <p>4.2 Grafik Hasil Penelitian</p> <p>Keterangan :</p> <p>Pada grafik pengamatan terhadap intensitas cahaya, terlihat perbandingan jumlah gelembung yang tebentuk pada tabung yang diletakkan di tempat terang jauh lebih banyak dibandingkan jumlah gelembung tabung yang diletakkan di tempat redup.</p> <p>Pada grafik pengamatan terhadap terhadap suhu, terlihat bahwa pada suhu 35 derajat celcius jumlah gelembungnya lebih banyak dibandingkan jumlah gelembung pada suhu 15 derajat celcius</p> <p>Pada grafik pengamatan spectrum cahaya terlihat urutan jumlah gelembung dari paling kecil ke besar yaitu hijau, merah, biru , kuning.</p> <p><b></b></p> <p><b></b></p> <p><b></b></p> <p><b></b></p> <p><b>BAB V</b></p> <p><b>PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA</b></p> <p><b>5.1 </b><b>Pengaruh cahaya matahari terhadap proses fotosintesis tanaman berkrolofil.</b></p> <p><b>5.2.1 Pengaruh Intensitas Cahaya Matahari terhadap Proses Fotosintesis.</b></p> <p>Berdasarkan data yang kami peroleh dari hasil percobaan, didapatkan hasil, jumlah gelembung yang tercatat pada gelas kimia B (terkena cahaya matahari langsung) lebih banyak daripada jumlah gelembung A (tempat teduh). </p> <p>Gelembung yang muncul pada percobaan kami merupakan O<sub>2</sub>, yang dihasilkan pada proses fotosintesis. Gas O<sub>2</sub> dihasilkan dari tahapan reaksi terang, yang membutuhkan cahaya matahari. O<sub>2</sub> diperoleh dari hasil oksidasi H<sub>2</sub>O menjadi ½ O<sub>2 </sub>dan 2 H<sup>+</sup>, dalam proses ini yang menjadi reduktornya adalah P680<sup>+ </sup>(Anonim). </p> <p>Elektron H<sup>+</sup><sub> </sub>selain mengoksidasi P680<sup>+</sup>, juga mengoksidasi NADP<sup>+</sup>menjadi NADPH.</p> <p>Intensitas cahaya matahari yang diterima Hydrilla mempengaruhi laju reaksi terang dari keseluruhan proses fotosintesis tersebut.Semakain besar intensitas cahaya matahari yang diterima maka, reaksi terang pun berjalan lebih cepat, dan jumlah O<sub>2 </sub>yang dihasilkan pun bertambah, dikarenakan laju pengangkutan elektron oleh Fotosistem bertambah cepat, sehingga proses pengoksidasian H<sub>2</sub>O lebih cepat. Peningkatan intensitas cahaya matahari, akan berpengaruh terhadap keterlibatan jumlah fotositem. Jika intensitas cahaya matahar terus ditingkatkan maka jumlah fotosistem yang terlibat dalam penyerapan energi semakin banyak. Dalam kondisi seperti ini, keefektifitasan penggunaan fotosistem tergantung pada jumlah cahaya matahari yang diterima tumbuhan. Pada suatu titik tertentu penggunaan fotosistem akan berjalan maksimal.Sehingga peningkatan Intensitas cahaya matahari tidak akan berpengaruh. Hal ini didapatkan dari hasil analisis pada gelas kimia B. Pada 5 menit ke II mengalami peningkatan, jumlah gelembung sedangkan 5 ke III mengalami penurunan.</p> <p>Dilihat dari waktu percobaan, pada gelas kimia B 5 menit pertama jumlah gelembung yang dihasilkan sebanyak 571, 5 menit II 745, 5 menit III 711. Sedangkan pada gelas kimia A (tempat redup) 5 menit I menghasilkan gelembung sebanyak 60, 5 menit II menurun menjadi 25, 5 menit III menjadi 23. Dapat kami analisa,pada gelas kimia B, laju proses fotosintesis semakin cepat. Hydrilla menangkap sinar matahari secara bertahap, dari tempat redup (dalam ruangan ; tempat merangkai percobaan ingenhouzs) hingga mendapatkan cahaya yang optimal. Namun jika dibandingkan dengan Gelas Kimia A ,laju fotosintesis menurun, hal ini disebabkan oleh intensitas cahaya yang diterima hydrila pada tabung A tidak cukup, dan terdapat kemungkinan fotosintesis akan berhenti. </p> <p><b>5.2 Pengaruh Panjang Gelombang terhadap Proses Fotosintesis.</b></p> <p>Cahaya matahari tampak yang memilki berbagai macam jenis sinar yang ditinjau dilihat dari panjang gelombang seperti sinar ungu (380-450 nm), sinar biru (450-500nm), sinar hijau (500 – 550 nm), sinar kuning (550 – 600 nm), sinar jingga (600 – 650 nm), sinar merah (650 – 700 nm), sinar violet (700-750nm). </p> <p>Setiap panjang gelombang akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap proses fotosintesis. Menurut Istamar Syamsuri pada bukunya, didalam kloroplas terkandung beberapa jenis pigmen, yaitu karotenoid. Krolofil a berperan langsung dalam reaksi terang. Klorofil a mampu menyerap terutama cahaya merah dan biru ungu. Klorofil a berperan langsung dalam reaksi terang. Klorofil a terlihat hijau karena memantulkan cahaya hijau. Klorofil b, menyerap terutama cahaya biru dan oranye dan memantulkan cahaya hijau-kuning. Karotenoid, adalah pigmen kuning oranye yang menyerap cahaya biru-hijau.</p> <p>Sehingga dalam reaksi terang panjang gelombang yang dibutuhkan adalah cahaya merah, dan cahaya biru -ungu. Kedua spektrum cahaya ini, mempengaruhi jumlah gelembung O<sub>2</sub> yang dihasilkan. </p> <p>Berdasarkan data yang kami peroleh dimana pada saat gelas kimia ditutupi dengan kertas minyak berwarna hijau,terdapat lebih banyak gelembung yang muncul, dibandingkan dengan dengan gelas kimia yang dibungkus kertas minyak merah, biru, kuning</p> <p><b></b>Pada tabung F (pembungkus hijau) 5 menit I dihasilkan 1027 gelembung, 5 menit II dihasilkan 1018 gelembung, 5 menit III dihasilkan 1155 gelembung. Pada tabung G (pembungkus biru) 5 menit I dihasilkan 161 gelembung, 5 menit II dihasilkan 281 gelembung, 5 menit III dihasilkan 283 gelembung. Pada tabung H (pembungkus merah) dihasilkan 5 menit I menghasilkan 102 gelembung, 5 menit II 461 gelembung, 5 menit III dihasilkan 603 gelembung. Pada tabung I 5 menit I menghasilkan 226, 5 menit II menghasilkan 194 gelembung, 5 menit III menghasilkan 86 gelembung.</p> <p>Dilihat dari perlakuan yang di berikan kepada ke 4 gelas kimia tersebut, hanya terdapat perbedaan warna kertas minyak yang digunakan. Kertas minyak hijau memantulkan gelombang hijau, yang tidak diperlukan dalam proses fotosintesis, sehingga gelombang cahaya tampak yang masuk ke dalam gelas kimia adalah semua gelombang selain gelombang hijau. Hal ini menguntungkan bagi klorofil a, yang menyerap cahaya merah, biru – ungu. Klorofil yang berperan langsung dalam reaksi terang ini, akan diperingan pekerjaannya dengan tidak memantulkan cahaya hijau sebesar cahaya merah, biru-ungu yang diterima. Sehingga reaksi terang berlangsung lebih cepat dan oksigen yang dihasilkan bertambah banyak. Sementara kertas minyak biru, merah akan memantulkan cahaya biru dan merah pula. Hal ini yang mengakibatkan klorofil a mendapatkan sedikit cahaya merah, biru, dan jumlah gelembung yang dihasilkan pun semakin sedikit.</p> <p><b>5.2</b> <b>P</b><b>engaruh Suhu Terhadap Proses Fotosintesis Tanaman Berkrolofil.</b></p> <p>Suhu bepengaruh terhadap laju fotosintesis terutama terhadap reaksi terang. Hal ini berpengaruh terhadap pergerakan (energi kinetik) elektron. Suhu yang tinggi akan mempercepat pergerakan (meningkatkan energi kinetik) elektron dalam proses tansfer elektron, sehingga proses pemecahan H<sub>2</sub>O berjalan lebih cepat, sedangakan pada suhu rendah energi kinetik elektron akan menurun sehingga proses tarnsfer elektron sksn berjalan lambat.Suhu optimal untuk proses fotosintesis adalah kurang lebih 30<sup>0</sup> C. Hal ini dapat dianalisa dari enzim yang bekerja pada proses fotosintesis, bekerja optimum pada suhu tersebut. Jika lebih dari suhu 45<sup>0 </sup>C tersebut maka enzim tidak adapat bekerja(terdenaturasi) dan tanaman akan mati. Suhu dibawah 10<sup>0</sup> celcius fotosintesis tidak akan berjalan (enzim dalam keadaan inaktif). Berdasarkan data yang diperoleh, pada suhu 35<sup>0</sup> C jumlah gelembung yang dihasilkan sebanyak 1080 gelembung pada 5 menit I, 5 menit II mengasilkan 2104 gelembung, dan 2971 pada 5 menit ke III.</p> <p><b></b></p> <p><b>5.3 P</b><b>engaruh kadar CO<sub>2</sub> (NaHCO<sub>3</sub>), terhadap fotosintesis tanaman berkrolofil.</b></p> <p>Selain H<sub>2</sub>O, senyawa lain yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis adalah CO<sub>2. </sub>Karbondioksida merupakan bahan dasar untuk pembentukan energi (amilum) dalam proses fotosintesis. CO<sub>2 </sub>diperlukan pada saat tahap reaksi gelap. O<sub>2</sub> tidak dihasilkan pada reaksi gelap ini. </p> <p>Penambahan CO<sub>2</sub> akan berpengaruh terhadap pembentukan energi. Semakin banyak CO<sub>2</sub> yang tersedia, semakin cepat proses pembentukan energi(pada ambang jumlah CO<sub>2</sub>tertentu). Akan tetapi CO<sub>2</sub> tidak diperlukan dalam reaksi terang, sehingga penambahan CO<sub>2</sub> tidak akan berpengaruh terhadap jumlah gelembung yang dihasilkan (O<sub>2</sub>) hal ini sesuai dengan hasil percobaan kami, pada 5 menit I dihasilkan 438 gelembung, 5 menit II dihasilkan 610 gelembung, 5 menit ke tiga dihasilkan 670 gelembung. Hasil ini lebih kecil jika dibandingkan dengan hydrilla yang tidak ditambahkan NaHCO<sub>3 </sub>dan diletakkan di tempat mendapatkan cukup cahaya yaitu, 5 menit I 571 gelembung, 5 menit ke II dihasilkan 745 gelembung, 5 menit ke III 711 gelembung. Pada percobaan kami penambahan NaHNO<sub>3</sub> dimaksudkan untuk menambah kadar CO<sub>2</sub> dalam air. NaHNO<sub>3</sub> akan telisis oleh cahaya matahari menjadi NaOH dan CO<sub>2. </sub>Persamaan reaksi :</p> <p>NaHCO<sub>3</sub> + H<sub>2</sub>O " NaOH + CO<sub>2</sub> + H<sub>2</sub>O.</p> <p>Penambahan senyawa NaHCO<sub>3</sub> tidak berpihak terhadap pembentukan O<sub>2. </sub>Dianalisis dari hasil percobaan, terjadi penurunan jumlah gelembung pada gelas kimia yang ditambah NaHCO<sub>3</sub> dengan gelas kimia yang diletakkan ditempat yang terkena sinar matahari langsung. Penurunan ini merupakan imbas dari terbentukknya senyawa NaOH, sebagai hasil penguraian NaHNO<sub>3.</sub></p> <p><b>BAB VI</b></p> <p><b>PENUTUP</b></p> <p><b>5.1 Kesimpulan</b></p> <p>1. Proses fotosintesis dipengaruhi oleh :</p> <p>a. Panjang gelombang sinar tamapak matahari yang diterima oleh tumbuhan.</p> <p>b. Intensitas Cahaya.</p> <p>Semakin besar intensitas cahaya matahari yang dioterima, proses fotosintesis akan berjalan lebih cepat, khususnya pada tahap reaksi terang.</p> <p>c. Suhu.</p> <p>Suhu yang optimum untuk proses fotosintesis adalah 30<sup>0</sup>C. Namun fotosintesis dapat juga berlangsung pada suhu 10<sup>0</sup>C> fotosintesis < 45<sup>0</sup> C.</p> <p>d. CO<sub>2.</sub></p> <p>CO<sub>2</sub> akan tidak akan mempengaruhi jumlah O<sub>2</sub> yang dilepaskan dalam reaksi terang.</p> <p>2. Pelepasan O<sub>2 </sub>oleh tanaman dipengaruhi oleh suhu, intensitas cahaya matahari, dan panjang gelombang sinar tamapak yang diterima oleh tanaman.</p> <p><b></b></p> <p><b>5.2 Saran</b></p> <p>Sebaiknya percobaan membutuhkan waktu yang lama, agar terlihat jelas pengarh faktor –faktor yang diuji terhadap proses fotosintesis suatu tanaman hijau. Selain itu, jenis tanaman (hydrilla), kualitas tanaman(hydrilla) yang digunakan pada percobaan ini selanjutnya diharapkan sama pada setiap gelas kimia. </p> <p><b>5.3 </b><b>Pertanyaan :</b></p> <ol> <li>Gas apakah yang ada pada gelembung udara tersebut ? dan bagaimana proses terbentuknya ?</li> <li>Apakah yang menyebabkan terjadinya perbedaan jumlah gelembung pada percobaan tersebut ? jelaskan !</li> <li>Dari kegiatan yang dilakukan, tentukan a. Variabel bebas, b. Variabel dan terikatnya</li> </ol> <ol start="start"> <li>Pada perlakuan manakah antara tempat kena sinar matahari langsung atau dalam ruangan yang lebih banyak gelembung udara ? mengapa demikian ?</li> <li>Apakah tujuan penambahan NaCHO3 pada tabung E ? jelaskan berdasarkan hasil percobaan setelah dibandingkan dengan prlakuan no. B ?</li> <li>Jelaskan bagaimana gelembung pada tabung C ( diletakanalat pada tempat yang terkena cahaya mat matahari langsung dan ditambahkan es) ahari langsung dan ditambahkan air hangat). Dan tabung D, ( diletakkan alat pada tempat yang terkena cahaya </li> </ol> <p><b></b></p> <p><b>Jawaban</b></p> <p><b></b>1. Gas yang terbentuk padagelembung udara adalah gas oksigen. Gas ini dihaslkan dari reaksi terang. Tepatnya hasil dari pemecahan H<sub>2</sub>0 menjadi H+ dan ½ O<sub>2. </sub>H2O teroksidasi oleh P680+.</p> <p>2H<sub>2</sub>0 " 4H<sup>+</sup> + O<sub>2</sub> + 4ê</p> <p>2. Perbedaan jumlah gelmbung pada masing – masing gelas kimia, diakibatkan oleh perbedaan perlakuan yang diberikan masing - masing kepada tabung tersebut. Dari perlakuan berbeda tersebut kami dapat mengetahui yang menyebabkan perbedaan jumlah gelembung pada masing – masing tabung yaitu :</p> <p>a. Intensitas Cahaya</p> <p>b. Jenis Gelombang yang diterima</p> <p>c. Suhu</p> <p>3. Variabel -Variabel</p> <p>a.Variabel terikat adalah jumlah gelembung yang muncul.</p> <p>b. Variabel bebas adalah intensitas sinar matahari, NaHCO<sub>3</sub>, suhu, dan kertas minyak.</p> <p>c. Variabel kontrol adalah jumlah dan jenis hydrila yang digunakan.</p> <p>4. Perlakuan antara tempat yang terkena sinar matahari langsung dengan yang didalam ruangan yang menghasilkan lebih banyakgelembung adalah di tempat terkena cahaya matahari karena intensitas cahaya matahari yang diterima Hydrilla pada masing – masing gelas reaksi berbeda. Perbedaan penerimaan intensitas cahaya akan mempengaruhi laju reaksi terang dari keseluruhan proses fotosintesis tersebut.Semakain besar intensitas cahaya matahari yang diterima maka, reaksi terang pun berjalan lebih cepat, dan jumlah O<sub>2 </sub>yang dihasilkan pun bertambah, dikarenakan laju pengangkutan elektron oleh Fotosistem bertambah cepat, sehingga proses pengoksidasian H<sub>2</sub>O lebih cepat, begitu sebaliknya semakin sedikit intensitas cahaya mataharai yang diterima, maka reaksi terang berjalan lambat dangas O<sub>2 </sub>yang dihasilkan juga sedikit.</p> <p>5. Pada percobaan kami penambahan NaHNO<sub>3</sub> dimaksudkan untuk menambah kadar CO<sub>2</sub> dalam air. NaHNO<sub>3</sub> akan telisis oleh cahaya matahari menjadi NaOH dan CO<sub>2. </sub>Persamaan reaksi :</p> <p>NaHCO<sub>3</sub> + H<sub>2</sub>O " NaOH + CO<sub>2</sub> + H<sub>2</sub>O.</p> <p>Penambahan senyawa NaHCO<sub>3</sub> tidak berpihak terhadap pembentukan O<sub>2</sub></p> <p>Pada gelas kimia E 5 menit I dihasilkan 438 gelembung, 5 menit II dihasilkan 610 gelembung, 5 menit ke tiga dihasilkan 670 gelembung. Hasil ini lebih kecil jika dibandingkan dengan hydrilla yang tidak ditambahkan NaHCO<sub>3 </sub>dan diletakkan di tempat mendapatkan cukup cahaya (gelas kimia B) yaitu, 5 menit I 571 gelembung, 5 menit ke II dihasilkan 745 gelembung, 5 menit ke III 711 gelembung.</p> <p>Penambahan senyawa NaHCO<sub>3</sub> tidak berpihak terhadap pembentukan O<sub>2. </sub>Dianalisis dari hasil percobaan, terjadi penurunan jumlah gelembung pada gelas kimia yang ditambah NaHCO<sub>3</sub> dengan gelas kimia yang diletakkan ditempat yang terkena sinar matahari langsung. Penurunan ini merupakan imbas dari terbentukknya senyawa NaOH, sebagai hasil penguraian NaHNO<sub>3.</sub></p> <p>6. Suhu bepengaruh terhadap laju fotosintesis terutama terhadap reaksi terang. Hal ini berpengaruh terhadap pergerakan (energi kinetik) elektron. Suhu yang tinggi akan mempercepat pergerakan (meningkatkan energi kinetik) elektron dalam proses tansfer elektron, sehingga proses pemecahan H<sub>2</sub>O berjalan lebih cepat, sedangakan pada suhu rendah energi kinetik elektron akan menurun sehingga proses trnsfer elektron sksn berjalan lambat.Suhu optimal untuk proses fotosintesis adalah 28-32<sup>0</sup> C. Jika lebih dari suhu 45<sup>0 </sup>C tersebut maka tanaman akan mati. Suhu dibawah 10<sup>0</sup> celcius fotosintesis tidak akan berjalan. Berdasarkan data yang diperoleh, pada suhu 35<sup>0</sup> C jumlah gelembung yang dihasilkan sebanyak 1080 gelembung pada 5 menit I, 5 menit II mengasilkan 2104 gelembung, dan 2971 pada 5 menit ke III. Sedangkan pada suhu 15<sup>0 </sup>C, didapatkan hasil, 5 menit I jumlah gelembung 60, 5 menit ke II 25 gelembung, 5 menit ke III 23 gelembung.<b></b></p> <p><b>5.4 Daftar Pustaka</b></p> <p>Anonim.2008. Faktor – Faktor Pembatas Fotosintesis. <i>Artikel</i>. Terdapat pada <a href="http://forum.o-fish.com/">http://forum.o-fish.com</a>. Diakses tanggal 30 September 2009</p> <p>Permana, Agus.D,dkk.2006. <u>Biologi untuk SMA</u>.Bandung:TOBI</p> <p>Saymsuri, Istamar, dkk. 2007. Biologi untuk SMA Kelas XII Semester 1. Malang : Erlangga</p> <p>Wardono, Agus, dkk. Biologi untuk SMA/MA Kelas XII Semester Gasal. Klaten: Viva Vakarindo</p>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13834090020597963346noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4779016239253872763.post-25143889874225972662011-03-12T00:00:00.000+08:002011-03-12T00:23:11.698+08:00Mengukur Titik Beku Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit<p><b><u>Mengukur Titik Beku Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit</u></b></p> <p><b>I. </b><b>Tujuan</b></p> <p>Menentukan titik beku larutan, penurutan titik beku larutan, dan faktor – faktor yang mempengaruhinya.</p> <p><b>II. </b><b>Alat dan Bahan</b><b></b></p> <p><b>2.1 </b>Alat </p> <p>· Gelas kimia</p> <p>· Tabung reaksi</p> <p>· Pengaduk kaca</p> <p>· Termometer</p> <p>· Gelas plastik</p> <p><b>2.2 </b>Bahan</p> <p>· Es batu</p> <p>· Garam dapur</p> <p>· Larutan CO(NH<sub>2</sub>)<sub>2</sub></p> <p>· Larutan NaCl</p> <p>· Aquades</p> <p><b>III. </b><b>Langkah Kerja</b></p> <p><b>3.1 </b>Membuat larutan</p> <p>· Ditentukan volume larutan yang akan dibuat.</p> <p>· Dihitung massa NaCl dan CO(NH<sub>2</sub>)<sub>2 </sub>yang diperlukan<sub>.</sub></p> <p>· Setelah melakukan penghitungan, diukur dengan menggunakan neraca massa dari zat yang akan dilarutkan.<b></b></p> <p>· Dilarutkan masing – masing zat dengan menggunakan aquades.<b></b></p> <p><b>3.2 </b>Mengukur titik beku</p> <p>· Disiapkan alat dan bahan.</p> <p>· Dimasukkan pecahan kecil – kecil es batu ke dalam gelas plastik besar hingga ¾ dan diberi10 sendok makan garam dapur, diaduk hingga rata.</p> <p>· Dimasukkan masing – masing larutan dan aquades ke dalam tabung reaksi ke dalam gelas yang telah terisi es batu.</p> <p>· Diamati perubahannya suhunya dengan termometer.</p> <p><b></b></p> <p><b>IV. </b><b>Hasil Kerja</b> <table border="0" cellspacing="0" cellpadding="0"><tbody> <tr> <td width="39"></td> <td width="208"> <p>Jenis Zat</p> </td> <td width="104"> <p>Titik Beku(<sup>0</sup>C)</p> </td> <td width="123"> <p>Penurunan titik beku rT<sub>f</sub>(<sup>0</sup>C)</p> </td> <td></td> </tr> <tr> <td></td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="39"> <p>1</p> </td> <td valign="bottom" width="208"> <p>Larutan Urea (CO(NH<sub>2</sub>)<sub>2 </sub>1 m</p> </td> <td valign="bottom" width="104"> <p>-1</p> </td> <td valign="bottom" width="123"> <p>rT<sub>f</sub> = T<sub>f</sub><sup>0</sup> -T<sub>f </sub>= 2</p> </td> <td></td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="39"> <p>2</p> </td> <td valign="bottom" width="208"> <p>Larutan Urea (CO(NH<sub>2</sub>)<sub>2 </sub>2 m</p> </td> <td valign="bottom" width="104"> <p>-2</p> </td> <td valign="bottom" width="123"> <p>rT<sub>f</sub> = T<sub>f</sub><sup>0</sup> -T<sub>f </sub>=<sub> </sub>3</p> </td> <td></td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="39"> <p>3</p> </td> <td valign="bottom" width="208"> <p>Larutan NaCl 1 m</p> </td> <td valign="bottom" width="104"> <p>-2</p> </td> <td valign="bottom" width="123"> <p>rT<sub>f</sub> = T<sub>f</sub><sup>0</sup> -T<sub>f </sub>= 3</p> </td> <td></td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="39"> <p>4</p> </td> <td valign="bottom" width="208"> <p>Larutan NaCl 2 m</p> </td> <td valign="bottom" width="104"> <p>-7</p> </td> <td valign="bottom" width="123"> <p>rT<sub>f</sub> = T<sub>f</sub><sup>0</sup> -T<sub>f </sub>=8</p> </td> <td></td> </tr> <tr> <td valign="bottom" width="39"> <p>5</p> </td> <td valign="bottom" width="208"> <p>Aquades (pelarut)</p> </td> <td valign="bottom" width="104"> <p>1</p> </td> <td valign="bottom" width="123"></td> <td></td> </tr> </tbody></table> </p> <p><b></b></p> <p><b>V. </b><b>Pembahasan</b></p> <p><b>5.1 </b><b>Menghitung massa NaCl dan Urea</b></p> <p>Volume untuk masing – masing larutan sebelumnya sudah ditentukan, yaitu sebanyak 250 ml. </p> <p>Pada saat percobaan kami, menghitung massa yang dibutuhkan untuk membuat larutan NaCl 2 molal dan larutan Urea 2 molal, dengan langkah – langkah sebagai berikut:</p> <p>5.1.1 Menghitung massa NaCl</p> <p>1. Rumus yang digunakan, m = massa/Mr x 1000/massa pelarut</p> <p>2 = massa/58,5 x 1000/250</p> <p>2 = 1000 massa/14625</p> <p>1000 massa = 29250</p> <p>Massa = 29,25 gr</p> <p>Jadi massa NaCl yang digunakan untuk membuat 250 ml larutan NaCl 2 molal sebanyak 29,25 gr.</p> <p>250 ml larutan NaCl ini, kami pergunakan sebagai bahan dasar ( zat terlarut) untuk membuat 100 ml larutan NaCl 100 ml, dengan mengguanakan rumus pengenceran,</p> <p>m<sub>1</sub> x p<sub>1</sub> = m<sub>2</sub> x p<sub>2</sub></p> <p>2 x p = 1 x 100</p> <p>2p = 100</p> <p>p = 50 ml</p> <p>jadi kami menggunakan 50 ml larutan NaCl 250 ml 2 m untuk membuat larutan NaCl 100 ml 1 m, sehingga sisa dari larutan NaCl 2 molal yaitu 200 ml. 50 ml larutan NaCl 2 molal tersebut kemudian ditambahkan dengan 50 ml air sehingga jumlahnya menjdi 100ml.</p> <p>5.1.2 Menghitung massa Urea</p> <p>1. Rumus yang digunakan adalah </p> <p>m = massa/Mr x 1000/p</p> <p>2 = massa/60 x 1000/250 gr</p> <p>2 = 1000 m/15000</p> <p>1000 m = 30000</p> <p>m = 30000/1000</p> <p>m = 30 gr. </p> <p>Jadi massa urea yang digunakan untuk membuat larutan Urea 2 molal sebanyak 30 gr.</p> <p>Untuk membuat larutan urea 100 ml 1 molal dari larutan urea 250 ml 2 molal, kami mengunakan rumus pengenceran,</p> <p>m<sub>1 x </sub>p<sub>1</sub> = m<sub>2 </sub>x p<sub>2</sub></p> <p>2 <s>molal </s>x p = 100 ml x 1 <s>molal</s></p> <p>2p = 100 ml</p> <p>p = 50 ml</p> <p>jadi kami menggunakan 50 ml dari larutan urea 2 molal, untuk membuat 100 ml larutan urea 1 molal.</p> <p><b>VI. </b><b>Permasalahan</b></p> <p><b>6.1 </b><b>Bagaimanakah pengaruh konsentrasi terhadap titik beku?</b></p> <p><b>Jawab : </b>Titik beku merupakan salah satu sifat koligatif suatu larutan, dari pengertian sifat koligatif yaitu sifat – sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat terlarut, tetapi hanya pada konsentrasi partikel terlarutnya (Purba,2007). Berdasarkan teori tersebut, dan hasil data yang kami peroleh ( Titik beku antara larutan NaCl 1 m dengan larutan NaCl 2 m), kami dapat analisa bahwa <i>semakin besar konsentrasi zat terlarut dalam suatu larutan, maka semakin rendah titik beku larutan tersebut, dan semakin rendah konsentrasi zat terlarut dalam suatu larutan maka titik beku larutan akan semakin tinggi </i>. Hal ini disebabkan larutan yang mempunyai konsentrasi lebih tinggi, mempunyai jumlah partikel yang lebih banyak sehingga lebih sukar untuk membuat tekanan padatannya sama dengan tekanan uap cairannya. Sehingga titik beku larutan tersebut lebih rendah atau peristiwa saat larutan tersebut mulai membeku lebih lama.</p> <p><b>6.2 </b><b>Jelaskan perbedaan titik beku larutan elektrolit dengan larutan nonelektrolit!</b></p> <p><b>Jawab : </b></p> <p>Berdasarkan data yang kami dapatakan saat melakukan percobaan, terdapat perbedaan titik beku antara larutan elektrolit (NaCl = -7<sup>0</sup>C) dengan larutan non elektrolit (Urea = -2<sup>0</sup>C), tetapi memilki konsentrasi molalitas yang sama yaitu 2 molal. Perbedaan titik beku kedua larutan tersebut dikarenakan jumlah partikel yang berbeda.larutan elektrolit (NaCl) akan mengion atau terurai menjadi ion – ion, sehingga jumlahnya partikelnya lebih banyak, tetapi larutan nonelektrolit (Urea) tidak akan mengion, sehingga jumlah partikelnya tidak akan berubah, setelah dilarutkan/ jumlahnya lebih sedikit. Jumlah partikel yang lebih banyak, akan membuat larutan elektrolit lebih sukar membeku, sehingga membutuhkan suhu yang lebih rendah, dan waktu yang lama. Hal inilah yang membuat titik beku larutan elektrolit lebih rendah. </p> <p>Larutan NaCl 2 molal, dapat kita asumsikan terdapat 2 mol dalam NaCl 1 kg air. NaCl akan terurai sempurna menjadi ion Na<sup>+ </sup>dan Cl<sup>-</sup>. Secara matematis dapat kami analisis sebagai berikut:</p> <p>2NaCl 2Na<sup>+ </sup>+ 2 Cl<sup>-</sup></p> <p>Sehingga terdapat 2 mol Na<sup> </sup>dan 2 mol Cl<sup>- </sup>dalam larutan, dan jumlah partikelnya menjadi,</p> <p>Jumlah partikel NaCl (2mol) dalam larutan = jumlah partikel Na<sup>+</sup> + jumlah Partikel Cl<sup>-</sup></p> <p>= (2 x 6,02.10<sup>23</sup>) + (2 x 6,02.10<sup>23</sup>)</p> <p>= 24,08 x 10<sup>23 </sup>partikel NaCl</p> <p>Sedangkan urea tidak akan mengion, </p> <p>Jumlah partikel urea = 2 mol x 6,02.10<sup>23</sup></p> <p><sup></sup>= 12,04 x 10<sup>23 </sup>partikel.</p> <p><b>6.3 </b><b>Faktor apa saja yang mempengaruhi titik beku larutan?</b></p> <p><b>Jawab :</b></p> <p>Faktor – faktor yang mempengaruhi titik beku larutan adalah,</p> <p>1. Konsentrasi larutan</p> <p><i>Semakin besar konsentrasi zat terlarut dalam suatu larutan, maka semakin rendah titik beku larutan tersebut, dan semakin rendah konsentrasi zat terlarut dalam suatu larutan maka titik beku larutan akan semakin tinggi</i></p> <p>2. Keelektrolitan Larutan</p> <p>Larutan elektrolit akan semakin sukar membeku (titik beku lebih rendah) daripada larutan non elektrolit.</p> <p>3. Jumlah partikel</p> <p>Semakin banyak jumlah partikel zat terlarut, titik didih semakin rendah, dan semakin sedikit jumlah partikel maka titik didih semakin tinggi.</p> <p><b>VII. </b><b>Kesimpulan</b></p> <p>Titik beku larutan merupakan sifat koligatif, dan dipengaruhi oleh jumlah partikel, konsentrasi, dan keelektrolitan zat terlarut.</p> Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/13834090020597963346noreply@blogger.com3